Di sini puluhan apartemen ada di sekitar stasiun dan kalau sudah agak jauh dari stasiun, maka biasanya apartemen dan pemukiman tersebut pun dilengkapi dengan shuttle gratis menuju ke stasiun MTR.Â
Sementara di daerah CBD atau pusat kota seperti Central, Causeway Bay atau Tsim Sha Tsui banyak perkantoran demikian dan hotel dalam jejak walking distance ke stasiun MTR.
Sementara hampir semoga kawasan pemukiman baik di pulau Hong Kong, semenanjung Kowloon maupun New Teritorries sudah terhubung dengan stasiun MTR, dan disana pun pada umumnya memiliki mal dan pusat berbelanja yang sebagian besar dimiliki oleh MTR.Â
Selain itu hampir semua stasiun yang lumayan besar dan menjadi pusat transit juga terintegrasi dengan angkutan antar Moda seperti bus, LRT, dan juga ferry dan bahkan AirPort Train.Â
Terintegrasi ini bukan hanya dalam arti halte, melainkan juga menjadi terminal bus yang cukup besar untuk melayani kawasan yang tidak atau belum terjangkau dengan transportasi berbasis rel.
Ternyata salah satu keberhasilan MTR Hong Kong mengembangkan stasiun MTR bersamaan dengan pemukiman, perkantoran dan pusat perbelanjaan serta segala fasilitas pendukungnya adalah karena MTR juga merupakan developer atau pengembang yang ikut merencanakan, mengembangkan dan membangun semua infrastruktur tersebut. Â
Tidak mengherankan jika MTR akhirnya berhasil mengembangkan pola bisnis yang tetap mendapatkan profit, terutama dari usaha pendukungnya berupa retail, sewa menyewa dan real estatenya.Â
Sebenarnya KRL juga sudah memulai konsep ini dengan nama TOD atau Trasit Oriented Development di beberapa stasiun seperti stasiun Tanjung Barat, Cisauk dan beberapa stasiun lainnya. Namun yang perlu diperhatikan adalah apakah KRL atau PT KAI sendiri yang memiliki fasilitas apartemen an dan pusat perbelanjaan dan kalau masih bisa sekalian dilengkapi dengan terminal bus atau halte Trans Jakarta yabg menjadi bus pengumpan ke stasiun tersebut, atau juga terminal JakLingko.Â