Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bernazar di Taman Buaya Cikarang

27 Februari 2023   08:45 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:38 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mampir sejenak ke Saung Ranggon, Clickompasiana melanjutkan wisata di Cikarang menuju Taman Buaya Indonesia Jaya di Sukaragam, Serang, Kabupaten Bekasi.  Angkot yang kami sewa melewati jalan-jalan yang lumayan padat di kabupaten Bekasi dan menjadi lebih padat karena terkena imbas banjir di beberapa kawasan.

Akhirnya setelah mampir sejenak makan siang di sebuah restoran Padang, sekitar pukul 3 siang, kami sampai di Taman Buaya.  Walau cuaca mendung menemani perjalanan kami sejak pagi hingga siang tadi, kamu beruntung hujan tidak turun dan bahkan memberikan keteduhan dan kesejukan. Belum lagi canda ria dan gurauan di dalam angkot membuat hati menjadi gembira senang.

Sebuah patung buaya dalam ukuran besar ada di depan taman sekaligus tempat parkir. Selain angkot kami, hanya ada satu kendaraan lain yang parkir. Sontak sobat-sobat Click segera bergaya di depan patung, selain selfie beraksi-ramai, ada juga yang sibuk membuat video dan segera mengunggah nya berbagai platform media sosial.

Tiket masuk: Dokpri
Tiket masuk: Dokpri

Mbak Mutiah, sebagai ketua Clickompasiana segera membeli tiket masuk yang harganya 20 Ribu.  Perempuan yang menjual tiket menjelaskan bahwa tempat ini biasanya lumayan ramai di akhir pekan dengan pengunjung bisa mencapai sekitar 100 orang, namun di hari -hari kerja sangat sepi bahkan rata-rata pengunjung hanya sekitar 5-10 orang. 

Kami masuk ke dalam tempat penangkaran buaya yang sekaligus menjadi salah satu tempat wisata andalan di kawasan Cikarang.  Di sebuah kolam yang lumayan besar terlihat puluhan buaya sedang berbaring santai.

Buaya di kolam: Dokpri
Buaya di kolam: Dokpri

"Ini buaya betulan atau patung, Sukma Tom, salah seorang peserta Clickompasiana berkomentar ketika melihat buaya-buaya itu berbaring santai dalam berbagai posisi. Sebagian tampak garang sambil membuka mulut lebar-lebar. Namun karena dalam waktu cukup lama hanya berdiam diri saja, Sukma mengira buaya-buaya itu hanya patung. Saya kemudian ingat akan sebuah pepatah lama yang sering diucapkan ayah saya : Buaya diam disangka mati.

Gubrak, tiba-tiba saja Sukma melompat menjauhi pagar kolam buaya. Rupanya dia terkejut dan secara refleks melompat ketika sepasang buaya yang ada di dekat pagar sekonyong-konyong membuat erangan ketika ekor mereka yang kekar perkasa saling berbenturan. Walau tidak mengerti bahasa buaya, saya pun mafhum bahwa buaya-buaya itu sedang berkelahi.

Kandang Buaya: Dokpri
Kandang Buaya: Dokpri

Kami kemudian berjalan ke kolam lain yang ukurannya lebih besar. Di sini tampak lebih banyak buaya yang sedang bercengkerama, bersantai di daratan atau berendam saja di kolam bagaikan batang pohon.  Bahkan ukuran buaya di sini juga rata-rata jauh lebih besar. Di dekat pagar ada papan peringatan agar pengunjung tidak melemparkan kaleng atau botol plastik le buaya-buaya tersebut.

Sejenak dalam keheningan . Suasana tiba-tiba berubah menjadi semarak ketika ada beberapa ekor buaya yang saling serang dengan tampang sangat dan suara yang mengerikan. Mulut terbuka lebar menampakan gigi dan taring tajam dengan cipratan darah. Di sebagian tubuh buaya dengan kulit tebal bersisik itu juga terlihat banyak cipratan darah. Momen langka ini segera diabadikan oleh sebagian pengunjung.

Saya kemudian berjalan kembali menuju kolam lain ya. Di sini beberapa anggota Clickompasiana sedang berbincang-bincang dengan Pak Warsidi, yang merupakan pengurus buaya-buaya ini.

Pak Warsidi menceritakan bahwa pada saat ini ada sekitar 320 ekor buaya di sini dengan usia paling tua sekitar 65 tahunan.  Buaya -buaya itu diberi makan hanya 2 x seminggu dan sekali makan menghabiskan ratusan kilogram daging sapi atau ayam.

buaya putih: Dokpri
buaya putih: Dokpri

Beberapa tahun lalu jumlah buaya di taman ini sempat mencapai sekitar 500 ekor.  Selain itu buaya Sumatera yang sudah kami lihat tadi, di sini juga asa buaya Kalimantan dan Papua.

Kami juga melihat ada beberapa ekor buaya buntung yang sedang diberi makan. Buaya buntung ini memang  cacat sejak lahir karena ekornya tidak sempurna.

Tidak jauh dari buaya buntung ada kandang buaya putih.  Buaya putih ini sebenarnya karena buaya tersebut menderita kelainan mirip albino.

Percakapan dengan Pak Warsidi makin mengasyikkan ketika kami membicarakan mengenai hal yang berbau sedikit mistis, misalnya tentang suara gaib yang sering didengar di waktu malam. 

Buaya Putih: Dokpri
Buaya Putih: Dokpri

Pak Warsidi juga menceritakan bahwa buaya putih dan buaya buntung ini sering dikunjungi orang yang ingin bernazar. 

"Cukup  dengan datang memberi makanan ayam atau bebek,"  dengan ujar pak Warsidi mengenai syarat bernazar dan umumnya keinginan mereka dapat  terdapat seperti mendapatkan keturunan atau mendapatkan jodoh.

Saya kemudian berjalan mengelilingi taman sekuat sekitar 1,5 hektar ini. Selain kolam buaya ada juga tempat bermain anak dan juga hiasan patung -patung baik buaya, dinosaurus dan juga relief di dinding tembok. Sayang sebagian kurang terawat.

Joko Tingkir: Dokpri
Joko Tingkir: Dokpri

Di kompleks taman ini juga ada semacam panggung atau teater untuk pertunjukan buaya bernama Joko Tingkir.  Sayangnya sudah lama tidak diadakan pertunjukan karena memerlukan buta cukup besar dan hanya bisa bila pengunjung sedang ramai.

Sekitar 1 jam lebih Clickompsiana jelajah Cikarang mampir ke taman buat dan akhirnya dengan angkot sewaan kembali menembus padatnya lalu lintas menuju Stasiun Cikarang.

Sebuah perjalanan yang mengasyikan dan penuh keseruan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun