Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bernazar di Taman Buaya Cikarang

27 Februari 2023   08:45 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:38 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami kemudian berjalan ke kolam lain yang ukurannya lebih besar. Di sini tampak lebih banyak buaya yang sedang bercengkerama, bersantai di daratan atau berendam saja di kolam bagaikan batang pohon.  Bahkan ukuran buaya di sini juga rata-rata jauh lebih besar. Di dekat pagar ada papan peringatan agar pengunjung tidak melemparkan kaleng atau botol plastik le buaya-buaya tersebut.

Sejenak dalam keheningan . Suasana tiba-tiba berubah menjadi semarak ketika ada beberapa ekor buaya yang saling serang dengan tampang sangat dan suara yang mengerikan. Mulut terbuka lebar menampakan gigi dan taring tajam dengan cipratan darah. Di sebagian tubuh buaya dengan kulit tebal bersisik itu juga terlihat banyak cipratan darah. Momen langka ini segera diabadikan oleh sebagian pengunjung.

Saya kemudian berjalan kembali menuju kolam lain ya. Di sini beberapa anggota Clickompasiana sedang berbincang-bincang dengan Pak Warsidi, yang merupakan pengurus buaya-buaya ini.

Pak Warsidi menceritakan bahwa pada saat ini ada sekitar 320 ekor buaya di sini dengan usia paling tua sekitar 65 tahunan.  Buaya -buaya itu diberi makan hanya 2 x seminggu dan sekali makan menghabiskan ratusan kilogram daging sapi atau ayam.

buaya putih: Dokpri
buaya putih: Dokpri

Beberapa tahun lalu jumlah buaya di taman ini sempat mencapai sekitar 500 ekor.  Selain itu buaya Sumatera yang sudah kami lihat tadi, di sini juga asa buaya Kalimantan dan Papua.

Kami juga melihat ada beberapa ekor buaya buntung yang sedang diberi makan. Buaya buntung ini memang  cacat sejak lahir karena ekornya tidak sempurna.

Tidak jauh dari buaya buntung ada kandang buaya putih.  Buaya putih ini sebenarnya karena buaya tersebut menderita kelainan mirip albino.

Percakapan dengan Pak Warsidi makin mengasyikkan ketika kami membicarakan mengenai hal yang berbau sedikit mistis, misalnya tentang suara gaib yang sering didengar di waktu malam. 

Buaya Putih: Dokpri
Buaya Putih: Dokpri

Pak Warsidi juga menceritakan bahwa buaya putih dan buaya buntung ini sering dikunjungi orang yang ingin bernazar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun