Disini, di stasiun Kota, kita pertama kali bertemu
Di suatu senja, di hari senin pahing yang penuh haru
Aku sedang menunggu kereta menuju Pasar Minggu
Sedangkan kamu sedang duduk termangu-mangu
Di dalam gerbong yang tidak terlalu ramai penumpang itu
Kupandangi wajahmu dengan tatap mata penuh ragu
Tidak disangka engkau membalas dengan sayu dan sendu
Seakan-akan berkata ayo mendekat dan usah tinggalkan daku
Jayakarta, Mangga Besar Sawah Besar, satu persatu stasiun berlalu
Dan di Stasiun Juanda akhirnya kutahu namamu Lulu
Dan engkau baru akan turun di Manggarai untuk lanjut ke Rawa Buntu
Mengapa engkau terlihat termangu sendu, belumlah kutahu dan kau mau mengaku
Gambir, Gondangdia, Cikini, gerbong-gerbong berpacu dengan waktu
Dan engkau mulai bercerita dengan kepala bersandar di bahuku
Tidak terasa air matamu menetes di pipi, dan kemudian kuseka dengan sapu tangan biru
Lulu Oh Lulu, Engkau baru saja ditinggalkan kekasihmu, Oh betapa malangnya nasibmu.
Di stasiun Manggarai, pertemuan singkat kita dipisahkan oleh waktu
Engkau turun meninggalkan gerbong, sementara Aku diam terpaku
Tebet Cawang Kalibata, sesuatu dalam diriku telah dicuri gadis berbaju biru bernama Lulu
Apa itu aku tak tahu, dengan Langkah lunglai aku turun di Pasar Minggu.
Selasa Pon senja kembali aku di Peron Stasiun kota lalu menunggu
Menunggu dan menunggu dengan asa yang penuh akan kembali bertemu Lulu
Lima menit menunggu kulihat Lulu memakai baju merah jambu
Kali ini dia datang mendekat dan menegur lebih dahulu
Bersama kami naik ke gerbong dan duduk bahu menempel ke bahu
Serasa bak sepasang kekasih yang lama tidak bertemu
Kami bertatap mesra sehingga orang yang melihat pun merasa malu.
Tujuh stasiun pun berlalu, dan aku sudah sukses mengisi relung hatimu
Di Manggarai kita kembali berpisah dengan rasa cinta yang menggebu-gebu
Sebuah kertas kecil diselipkan Lulu di saku baju baruku.
Tertulis dengan rapi rencana kencan untuk esok di hari Rabu
Di Pasar Minggu aku merasa bagaikan terbang ke langit seribu
Duniaku berubah di Rabu Wage dan Kamis Kliwon dengan romansa yang membara.
Dari kota ke Bogor, sepasang kekasih memadu cinta seakan dunia milik berdua.
Gelora asmara membara hingga punggung gunung salak dan Cisarua
Dua hari berlalu cepat, secepat kilatan panah dewa dewi siapa pun namanya.
Tidak terasa Jumat Legi pun tiba, namun tidak semanis janji Lulu
Di peron stasiun Kota kami kembali berjanji untuk bertemu
Tetapi kali ini hatiku terasa sakit serasa disayat sembilu
Satu jam lebih aku menunggu, Hanya ada angin lalu.
Kisah asmara lima hari terasa singkat sekali
Tetapi apakah itu memang yang harus terjadi
Di antara kita berdua memang hanya ada janji
Untuk hidup semati, tetapi hanya lima hari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI