Di depan gedhong ini ada patung Sultan HB IX dan juga prasasti dengan sengkalan memet bergambar sepasang naga dan lambang kraton Yogya.Â
Menurut ibu pemandu sengkalan memet ini dibaca seperti pada prasasti yaitu Kaheksi Nagaraja Manjing Kadhaton yang berarti Dewa Naga Memasuki Kraton dan menandai Tahun Masehi 1992, yaitu tahun diresmikannya museum ini. Â Â
Di bawahnya masih ada kata Panca Sembah Dewa Naa yang sayangnya saya kurang tahu dan tidak sempat bertanya maknanya.
Sudah lumayan lelah kami melihat bagian dalam kraton dan museum-museumnya. Setelah sejenak beristirahat, sang pemandu mohon pamit dan kami melanjutkan sendiri perjalanan ke museum batik, museum kristal dan keramik serta sempat mengintip Kompleks Kesatriyan yang dulunya merupakan tempat tinggal putra raja yang belum berusia 12 tahun.Â
Karena sultan tidak mempunyai putra tempat ini sekarang digunakan untuk menyimpan koleksi lukisan.
Di depan pintu gerbang Kompleks Kesatriyan ada sepasang beduk besar dan kentongannya yang konon sudah berusia lebih dari 200 tahun.
Sejenak lamunan saya berakhir ketika seseorang memanggil-manggil nama saya. Rupanya tetangga di sebelah rumah yang mau bertugas menjaga pesta perkawinan di Rotowijayan. Â Kami kemudian berjalan kaki menuju Rotowijayan dan sempat melihat sebuah monument berbentuk Jam. Â
Di atas jam tersebut ada lambang Kraton Yogya dan dibawahnya pada prasasti tertulis dalam aksara Jawa, Indonesia, Tionghoa dan Inggris.