Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kearifan Lokal dan Misteri Angka 1891 di Magangan

25 Juli 2022   10:53 Diperbarui: 25 Juli 2022   10:57 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naga Merah ke arah Selatan: Dokpri

Tidak dapat disangkal lagi, bahwa pusat kota Yogya adalah kawasan Keraton yang disebut Jeron Beteng. Di sini terdapat banyak tempa menarik yang sering dikunjungi wisatawan baik Nusantara maupun Mancanegara sepeti Kraton, Taman Sari, Alun-Alun Kidul dan lain sebagainya. 

Namun sebenarnya kalau kita mau memperhatikan lebih teliti, banyak bagian-bagian di dalam kompleks jeron beteng ini yang tidak kalah menarik.

Sebagaimana kebiasaan saya setiap pagi, adalah jalan kaki di sekitar Alun-Alun Kidul.  Namun kali ini saya melanjutkan perjalanan kea rah utara di belakang Sasana Dwi Abad dimana terdapat Bangsal Kamandungan yang pernah saya kunjungi sebelumnya.  Namun kali ini perjalanan di teruskan ke utara melalui jalan dan gang yang kadang sempit di perumahan yang cukup padat penduduk.

Vw Kodok: Dokpri
Vw Kodok: Dokpri

Akhirnya saya muncul di Jalan Kesatryan belok kiri dan lalu belok kiri lagi ke Jalan Suryoputran. Di jalan yang cukup besar namun sepi ini di sebelah kanan terdapat sebuah kompleks yang disebut Ndalem Suryoputran dan kedua sisi tepi jalan diparkir beberapa odong-odong VW Kodok yang kalau malam biasa beraksi di alun-alun kidul. 

Saya berjalan terus kembali ke arah Barat dan melihat sebuah lapangan besar dengan pintu gerbang yang setengah tertutup. Pada pagar besi berwarna hijau ada tulisan: Kendaraan roda 2 dan 3 mohon Dituntun.   

Kebetulan, saya juga melihat seorang lelaki, bercelana pendek. Memakai helm dan membawa kantong plastik sedang menuntun sepeda motor ke arah keluar lapangan.

Bangsal Magangan: Dokpri
Bangsal Magangan: Dokpri

Di tengah lapangan terdapat sebuah bangsal besar dengan atap berbentuk joglo yang bersusun tiga. Bangsal yang terbuka ini terlihat memiliki lantai dari ubin warna kuning dan ditopang banyak tiang dari kayu berwarna coklat tua.  

Ini adalah Bangsal Magangan atau Kamagangan yang konon dulunya digunakan untuk tempat tes bagi calon pegawai, prajurit atau abdi dalem di Kraton Yogya. Seluruh bangunan dikeliling oleh pagar berwarna hijau.

Regol Magangan: Dokpri
Regol Magangan: Dokpri

Tepat di sebelah utara bangsal ada sebuah pohon tua yang cukup besar. Saya duduk sejenak di sini sambil memperhatikan sebuah pintu gerbang atau regol yang menuju ke bagian dalam kraton. Tepat di depan regol ada bangunan terbuka yang disebut Bale Rata.  

Banyak abdi dalem yang duduk di sini dan memakai pakaian adat Jawa.   Bila kita masuk sedikit ke dalam Regol, ada tembok warna putih yang atas dihiasi Candra Sengkala Memet berbentuk dua ekor naga warna hijau yang buntutnya saling bertautan,  Ini adalah Dwi Naga Rasa Tunggal yang melambangkan Tahun Jawa 1682 atau 1756 Masehi.

Naga Merah ke arah Selatan: Dokpri
Naga Merah ke arah Selatan: Dokpri

Sementara di kedua sisi gerbang, juga ada tembok dengan masing-masing bertengger naga warna merah yang menghadap ke selatan. Konon ini adalah Dwi Naga Rasa Wani yang ternyata sama memiliki arti tahun 1682.   Cukup menyenangkan duduk di sini dan memperhatikan kegiatan di sebelah selatan bangunan pusat kraton ini.

Suasana sekitar Balai Magangan: Dokpri
Suasana sekitar Balai Magangan: Dokpri

Kalau kita sejenak berkeliling di sekitar Bangsal Magangan ini, ada beberapa bangunan kecil di sebelah utara yang langsung berbatasan dengan tembok putih Kraton dan ada yang juga digunakan sebagai pos penjagaan.  Sementara di bagian barat terdapat Bale Raos, yang merupakan restoran yang konon menyajikan menu kuliner yang biasa disantap oleh keluarga Sultan.

whatsapp-image-2022-07-25-at-10-10-54-am-62de132608a8b56b136032d8.jpeg
whatsapp-image-2022-07-25-at-10-10-54-am-62de132608a8b56b136032d8.jpeg
Di bagian barat pintu gerbang ini pintunya dibuka sehingga kendaraan roda empat bisa masuk dengan leluasa. Walaupun begitu, kendaraan roda dua dan 3 tetap harus dituntun. 

Saya melihat ada lagi seorang lelaki yang sedang menuntun sepeda motor dengan latar belakang bangsal lebihi kecil  di sebelah  barat daya dengan tiang-tiang dari tembok yang besar. Lantainya juga sama yaitu ubin warna kuning.  

Prasasti: dokpri
Prasasti: dokpri

Sejenak saya teringat pernah berkunjung ke tempat ini beberapa tahun lalu dan melewati Jalan Magangan Kulon untuk terus sampai ke pohon tua di perempatan Jalan Taman dan yang juga ke Pasar Ngasem. 

Pada salah satu tembok di sebelah kanan ada sebuah tugu kecil dengan prasasti bertuliskan aksara Jawa. Sayangnya saya tidak dapat membaca tulisan tersebut dan hanya ada di baris paling bawah angka 1891. Apakah menunjukkan angka tahun?

Odong-odong: Dokpri
Odong-odong: Dokpri

Kemudian saya kembali ke arah timur dan kali ini bahkan melihat deretan lebih banyak lagi odong-odong warna pink di kedua sisi jalan. Semuanya berbentuk mobil VW baik Kombi maupun kodok.

Perjalanan di dalam kompleks Jero Beteng terus berlanjut ke arah utara melewati Jalan Kesatryan. Namun dalam pikiran saya masih membayang prasasti bahasa Jawa di Magangan Kulon dengan angka 1891 itu.

Yogya, Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun