Â
Ambon Manise , yah pengembaraan kali ini membawa saya ke ibukotapropinsi Maluku yang terkenal sebagai negri rempah-rempah atau "spicesislands" sekaligus negri seribu pulau. Dan salah satu tujuan utama di haripertama adalah berkunjung ke masjid paling tua di Ambon yang  terletak di kawasan negri Hitu atau Jazirah Leihitu yang sekarang termasuk wilayah kecamatan dengan nama yang sama yaitu kecamatan Leihitu , di bagian utara pulau Ambon.
Â
Â
Â
Â
Â
Di lantai terhampar deretan  sajadah dengan warna dan corak yang beraneka ragam . Dan di bagian belakang sebelah kanan tergantung sebuah  bedug tua dengan ukuran yang cukup besar. Di pojok dinding ada sebuah lemari yangberisi buku-buku termasuk Al-Quran tua peninggalan jaman dahulu .
Mihrab masjid juga tampak sederhana, hanya lekukan sedikit didepan tempat untuk sholat bagi sang imam. Di dekatnya ada sebuah mimbar dar ikayu berhiaskan lafal  "Allah"di bagian atas dan dua kalimat syahadat di bagian depan. Uniknya mimbar in iditutup kain putih mirip kelambu yang berfungsi sebagai tirai . Sepasang bendera merah putih juga ada di kedua sisi mimbar.
Sejenak pandangan di lemparkan ke langit-langit , selain atap rumbia dan kerangka nya yang telanjang . Ada sebuah  lampu gantung antik dan juga piringan bulat tdari kuningan . Semburan cahaya mentari terlihat menerangi interior dari sela-sela atap rumbia .
"Dug dug dug dug dug " suara bedug diketuk beberapakali . Pria bersarung putih tadi kemudian mengumandangkan azan dari tengah-tengah masjid.  Sholat Dhuhur akan segera dimulai , kebetulan sang Imam juga sudah hadir , seorang lelaki berusia sekitar 55 tahunan berkopiah haji warna putih , bersorban dan juga mengenakan sarung warna hijau muda .  Marbot mengajak saya bergabungdan segera menutup tirai kelambu tepat di belakang kami .  Selesai sholat sunah , iqamah bergema dan sholat dhuhur di balik kelambu pun berlangsung hanya dengan imam dan dua makmum.
Selesai sholat selain sekedar bercakap-cakap dengan marbot  tadi , saya juga membaca papan informasi tentang sejarah masjid .  Kali ini nama masjid nya dieja dengan nama wapauwe dan dikisahkan mula-mula didirikan dilereng gunung Wawane oleh Perdana Jamillu , seorang keturunan sultan Jailolo dari Moloku Kie Hara (Maluku Utara).  Masjid ini kemudian dipindahkan ke kampung Tehalla karena kedatangan bangsa Belanda di Wawane . Dan tempat yang baru ini banyak terdapa tmangga hutan atau mangga berabu yang dalam bahasa setempat disebut wapa.  Sejak saat itu masjid ini dinamakan Wapaue atau wapauwe yang berarti masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.
Â
Kunjungan di masjid ini pun segera berakhir, tujuan selanjutnya adalah sebuah gereja tua dan benteng Belanda yang berada tidak jauh dari masjid di negri Hitu ini . Perjalanan singkat ke masjid paling tua di Maluku atau mungkin juga di Nusantara dimana sholat dilaksanakan dibalik kelambu.Â
 foto-foto: dokumentasi pribadi
Pulau Ambon , April 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI