Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Di Balik Kelambu Masjid Wapaue Kaitetu yang Berusia 600 Tahun

22 Mei 2017   11:24 Diperbarui: 22 Mei 2017   18:08 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"We are apologize for incovenience , entrance only for prayer",terpampang pengumuman di pintu masuk utama masjid yang terbuat dari kayu denganwarna plitur coklat tua.  Saya sejenakterpesona dengan interior masjid tua ini. Di bagian tengah terdapat empat buahsokoguru yang terbuat dari kayu dan menurut penjaga masjid tadi konon masihasli sejak dibangun lebih dari 600 tahun lalu. 

 

Di lantai terhampar deretan  sajadah dengan warna dan corak yang beraneka ragam . Dan di bagian belakang sebelah kanan tergantung sebuah  bedug tua dengan ukuran yang cukup besar. Di pojok dinding ada sebuah lemari yangberisi buku-buku termasuk Al-Quran tua peninggalan jaman dahulu .

 

Mihrab masjid juga tampak sederhana, hanya lekukan sedikit didepan tempat untuk sholat bagi sang imam. Di dekatnya ada sebuah mimbar dar ikayu berhiaskan lafal  "Allah"di bagian atas dan dua kalimat syahadat di bagian depan. Uniknya mimbar in iditutup kain putih mirip kelambu yang berfungsi sebagai tirai . Sepasang bendera merah putih juga ada di kedua sisi mimbar.

 

Sejenak pandangan di lemparkan ke langit-langit , selain atap rumbia dan kerangka nya yang telanjang . Ada sebuah  lampu gantung antik dan juga piringan bulat tdari kuningan . Semburan cahaya mentari terlihat menerangi interior dari sela-sela atap rumbia .

 

"Dug dug dug dug dug " suara bedug diketuk beberapakali . Pria bersarung putih tadi kemudian mengumandangkan azan dari tengah-tengah masjid.  Sholat Dhuhur akan segera dimulai , kebetulan sang Imam juga sudah hadir , seorang lelaki berusia sekitar 55 tahunan berkopiah haji warna putih , bersorban dan juga mengenakan sarung warna hijau muda .  Marbot mengajak saya bergabungdan segera menutup tirai kelambu tepat di belakang kami .  Selesai sholat sunah , iqamah bergema dan sholat dhuhur di balik kelambu pun berlangsung hanya dengan imam dan dua makmum.

 

Selesai sholat selain sekedar bercakap-cakap dengan marbot  tadi , saya juga membaca papan informasi tentang sejarah masjid .  Kali ini nama masjid nya dieja dengan nama wapauwe dan dikisahkan mula-mula didirikan dilereng gunung Wawane oleh Perdana Jamillu , seorang keturunan sultan Jailolo dari Moloku Kie Hara (Maluku Utara).  Masjid ini kemudian dipindahkan ke kampung Tehalla karena kedatangan bangsa Belanda di Wawane . Dan tempat yang baru ini banyak terdapa tmangga hutan atau mangga berabu yang dalam bahasa setempat disebut wapa.  Sejak saat itu masjid ini dinamakan Wapaue atau wapauwe yang berarti masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun