Mohon tunggu...
taufik sentana
taufik sentana Mohon Tunggu... Guru - Personal Development

Pendidikan, sosial budaya dan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan Terbelah di Langit Baghdad

18 Januari 2025   20:06 Diperbarui: 18 Januari 2025   20:09 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bulan Terbelah di Langit Baghdad

©taufiksentana, 2025. Peminat sastra populer dan kajian sosial.

1/

Cahaya bulan purnama membiaskan kilauan Tigris, namun kali ini sungai besar itu tak lagi cermin bagi keindahan Baghdad. Alirannya kini merah pekat, bau amis darah. Itu membawa rahasia mengerikan dari pembantaian yang terjadi.

 Yusuf, seorang ilmuwan muda, menyaksikan pemandangan mengerikan itu dari balik reruntuhan perpustakaan Baitul Hikmah. Di sini kodifikasi pengetahuan dimulai hingga tersebar ke ⅔ dunia.

Perseteruan dan persekongkolan di kalangan istana telah melemahkan Baghdad.  Jauh sebelum kedatangan Mongol. Masyarakat juga enggan dan tak percaya dengan sistem Istana saat itu. 

Kelompok-kelompok yang saling berebut kekuasaan lebih sibuk memperebutkan tahta daripada memperkuat pertahanan kota. 

Yusuf ingat dengan jelas bagaimana para menteri saling menuduh dan intrik menguasai di setiap sudut istana.

 Khalifah al-Musta'shim, terjebak dalam pusaran intrik, tampak acuh tak acuh terhadap ancaman Mongol yang semakin dekat. Kota pun dikepung oleh tentara Hulagu Khan selama 40 hari. Itu sangat mencekam.

Ketika pasukan Mongol akhirnya menyerbu, dengan kuda kuda kuat dan bala tentaranya, perlawanan yang terjadi lebih mirip pertempuran antar kelompok di dalam kota daripada perlawanan bersatu melawan musuh bersama.

 Rakyat yang lemah,penuh kesal dan ketakutan hanya bisa menyaksikan pembantaian yang terjadi dengan rasa putus asa. Tentara bayaran khalifah sepertinya tak memberi manfaat banyak. Kota baghdad digenangi darah hingga ke mata kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun