Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kenapa Golput Itu Haram?

19 Desember 2023   04:51 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:01 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak orang tergolputisasi karena keadaan. Sakit keras, pindah domisili dan ribet untuk mengurus administrasinya, ada alasan sedang bekerja, lebih memilih bekerja atau keadaan mendesak lainnya sehingga tidak bisa memilih di hari pemungutan suara. Suara-suara ini tentu tidak adil jika dicap kegiatan haram. 

Dalam hemat saya golput merupakan bagian dari demokrasi itu sendiri. Wah, wah, agak frontal bahasan saya. Sejatinya golput adalah cerminan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Disebutkan di atas bahwa alasan ideologis dan politis mungkin kental sebagai penyebab mereka memilih untuk tidak memilih. 

Ini semacam kritikan bagi semua pihak. Bahwa ada hal yang harus dikoreksi dari dalam penyelenggara pemilu, peserta pemilu atau bahkan pemenang pemilu tersebut. Ada pihak-pihak yang merasa tidak terakomodir kepentingannya. Mereka boleh jadi warga yang lebih kritis kepada pemerintah dibandingkan pihak oposan. 

Pihak yang golput atau tergolputisasi boleh jadi tetap cinta pada negara ini dan menyukai demokrasi yang telah dibangun. Mereka adalah bagian dari negara yang tidak boleh dimarginalkan. Mereka adalah sebuah keniscayaan baik sengaja ataupun tidak sengaja. Alamak, semoga saya tidak ditegur KPU karena tulisan dan buah pikiran saya ini. 

Pembaca Kompasiana mungkin boleh berpikiran lain. Silakan. Namun kita bisa ambil contoh misalnya, di negara demokratis nomor satu dunia, Amerika Serikat. Angka golput terjadi hingga menyentuh 131 juta di tahun 2016 manakala Donald Trump terpilih sebagai presiden (Liputan 6).

Dalam praktik yang nyaris sama juga kerap kita saksikan pada pemilihan suara di United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Disana disediakan opsi untuk setuju, tidak setuju dan abstain.

Jadi berangkat dari hal tersebut, maka tidak semua pihak bisa dikondisikan untuk tidak golput atau sebaliknya. Satu suara baik pemberi suara atau golput adalah suara rakyat juga. Mereka seharusnya tidak diimbuhi dosa jika tidak bisa atau tidak mau ke bilik suara. 

Medan, 19 Desember 2023

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun