d. Tekanan Akademik
Tekanan akademik, terutama di negara-negara dengan budaya kompetitif seperti Indonesia, sering menjadi pemicu stres pada remaja. Harapan tinggi dari orang tua dan sistem pendidikan yang kurang fleksibel sering kali membuat remaja merasa gagal jika tidak memenuhi ekspektasi tertentu. Dalam penelitian oleh Yusuf & Handayani (2020), ditemukan bahwa siswa SMA dengan tingkat tekanan akademik tinggi cenderung menunjukkan gejala depresi yang signifikan.
Dampak Sosial dan Psikologis dari Bunuh Diri pada Remaja
Bunuh diri pada remaja tidak hanya berdampak pada individu yang melakukannya tetapi juga memberikan dampak luas pada keluarga, teman, dan masyarakat.
a. Dampak pada Keluarga
Keluarga yang kehilangan anggota akibat bunuh diri sering kali mengalami trauma emosional yang mendalam. Mereka juga cenderung merasa bersalah karena tidak dapat mencegah tindakan tersebut. Selain itu, stigma sosial terhadap bunuh diri sering kali membuat keluarga merasa terisolasi dari komunitas sekitar.
b. Dampak pada Sebaya
Teman sebaya dari korban bunuh diri sering kali menghadapi perasaan bersalah dan kehilangan yang mendalam. Mereka mungkin merasa bahwa mereka seharusnya dapat membantu mencegah tindakan tersebut. Dalam beberapa kasus, kehilangan teman akibat bunuh diri dapat memicu trauma psikologis dan meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan teman sebaya.
c. Dampak pada Masyarakat
Secara lebih luas, fenomena bunuh diri di kalangan remaja dapat menciptakan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Masyarakat mungkin merasa bahwa pemerintah dan institusi terkait tidak memberikan perhatian yang memadai terhadap isu kesehatan mental. "Setiap kehilangan akibat bunuh diri memicu dampak emosional, sosial, dan ekonomi yang signifikan pada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dukungan komunitas sangat penting untuk pemulihan." (Sumber: National Institute of Mental Health)