Keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan masalah, melalui pengalaman dan keyakinan akan kemampuan untuk berhasil dalam hidupnya.
Pencapaian (Reaching Out)Â
Kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan menggambarkan dimana resiliensi membuat individu mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya. Manusia di masyarakat kerapkali memilih kehidupan yang standar dibandingkan menggapai peluang untuk sukses tetapi harus berhadapan dengan resiko yang besar. Dengan kata lain seseorang lebih memilih capaian yang biasa saja dengan resiko kecil daripada capaian tinggi namun perlu effort keras untuk mendapatkannya. Akibatnya, individu tersebut banyak menunjukan rasa takut dan jauh dari karakterresilien.
Grotberg (1999) mengartikan resiliensi sebagai kesanggupan individu untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika mendapati rintangan dan halangan. Setiap individu memiliki kesanggupan untuk menjadi resilien, dan setiap individu bisa untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan halangan dalam hidupnya sehingga nantinya menjadi individu yang resilien Grotberg (1999) mengartikan resiliensi sebagai kesanggupan individu untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat ketika mendapati rintangan dan halangan. Setiap individu memiliki kesanggupan untuk menjadi resilien, dan setiap individu bisa untuk belajar bagaimana menghadapi rintangan dan halauan dalam hidupnya sehingga nantinya menjadi individu yang resilien.
Grotberg (1999) menyebut bahwa faktor resiliensi meliputi I have, I am, dan I can. Ketiganya akan saling berkaitan dan menentukan bagaimana resiliensi individu kemudian.
I Have
I have merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan besarnya dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Individu yang memiliki kepercayaan rendah terhadap lingkungannya cenderung memiliki sedikit jaringan sosial dan menganggap bahwa lingkungan sekitar tidak memberikan dukungan positif untuk dirinya. Sumber I have menjadi penentu bagi pembentukan resiliensi, yaitu: Hubungan yang dilandasi dengan kepercayaan (trust), Struktur dan aturan yang ada dalam keluarga atau lingkungan sosial, Model-model peran, Dorongan seseorang untuk mandiri, Akses terhadap fasilitas seperti layanan kesehatan, pendidikan, keamanan, dan kesejahteraan.
I am
I am adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatanpribadi yang ada pada dalam diri individu. Sumber ini mencakup perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi. Sumber I am dalam membentuk resiliensi, yaitu: Penilaian personal, Memiliki empati, kepedulian, dan cinta terhadap orang lain. Mampu merasa bahagia dengan diri sendiri, Memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan dapat menerima konsekuensi atas segala tindakan, Optimis, percaya diri dan memiliki harapan akan masa depan.
I can
I can adalah sumber resiliensi yang berhubungan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam mengentaskan suatu permasalahan dengan kemampuan diri sendiri. I can meliputi penilaian atas kemampuan diri sendiri seperti kemampuan menyelesaikan permasalahan, keterampilan sosial, dan interpersonal. Sumber resiliensi ini terdiri dari Kemampuan berkomunikasi, Problem working atau pemecahan masalah, Kemampuan mengelola perasaan, emosi dan implus- implus, Kemampuan mengukur emosi sendiri dan orang lain, Kemampuan menjalin hubungan yang penuh kepercayaan. Ketiga faktor I've (external supports), I'm (inner strengths), dan I can (imterpersonal and problem working skill) saling terikat dan akan menginterpensi perilaku seseorang dengan tindakan- tindakan positif yang diberikan oleh lingkungan sekitar pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Anak remaja dapat belajar untuk mampu bereaksi berbagai tekanan dan kesulitan secara resilien. Perasaan takut dan tidak berdaya dapat diubah menjadi kekuatan untuk dapat menghadapi setiap permasalahan yang sedang dialami dengan dukungan keliarga dan lingkungan sekitar.