Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Seeking meaning and stories, for life is more than just scores 🎓

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersyukur Adalah Tanda Sehatnya Mental

20 Desember 2024   03:40 Diperbarui: 20 Desember 2024   00:55 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.sumber Gambar STIKES SEHATI MEDAN

KESIMPULAN

Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan yang perlu dijaga, salah satunya melalui praktik kebersyukuran, yang merupakan bagian dari psikologi positif. Kebersyukuran dapat meningkatkan pandangan hidup yang optimis, memperbaiki hubungan sosial, dan memperkuat ketahanan mental seseorang. Praktik syukur memiliki tiga fungsi utama: sebagai barometer moral, motivator moral, dan penguat perilaku moral. Selain itu, kebersyukuran juga berfungsi sebagai emosi positif yang dapat memotivasi tindakan kebaikan dan sebagai kekuatan karakter yang mendukung perkembangan diri. Faktor-faktor seperti kepribadian dan lingkungan pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan bersyukur sejak dini, sehingga dapat membantu individu mengembangkan kebersyukuran dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Nur Kholik, Subandi, H Ilyas Hamim. 2021. Psikologi Kebersyukuran. Depok: PT RajaGrafindo Persada, Depok.

Nihayah, Ulin, Salsabila Ade Putri, and Rahmat Hidayat. "Konsep memaafkan dalam psikologi positif." Indonesian Journal of Counseling and Development 3.2 (2021): 108-119.

Hasanah, Alfira. "Psikologi Gratitude Manfaat Bersyukur untuk Kesehatan Mental." Circle Archive 1.4 (2024).

Afandi, Nur Kholik, Subandi Subandi, and Hamim Ilyas. Psikologi Kebersyukuran: Perspektif Psikologi Positif dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam. UINSI Samarinda, 2021.

McCullough, M. E., Kilpatrick, S. D., Emmons, R. A., & Larson, D. B., Is Gratitude a moral affect. (2001)

Emmons, R. A., & Shelton, C. M., Gratitude and the science of positive psychology, (2002)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun