Dari hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa menjaga harta milik sendiri hukumnya wajib, sekalipun kita harus membunuh orang yang bermaksud untuk mengambil harta kita, ketika kita terbunuh dalam mempertahankan harta kita maka kita dijamin mati syahid,
Namun jika kita berhasil membunuh orang yang bermaksud untuk mengambil harta kita maka orang tersebut akan dimasukkan ke dalam neraka karena dia mati dalam keadaan ingin mengambil harta milik orang lain dan hal tersebut merupakan hal yang dilarang oleh allah swt.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa syahid itu ada tiga macam:
Pertama, syahid yang mati ketika berperang melawan kafir harbi (yang berhak untuk diperangi). Orang ini dihukumi syahid di dunia dan mendapat pahala di akhirat. Syahid seperti ini tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.
Kedua, syahid dalam hal pahala namun tidak disikapi dengan hukum syahid di dunia. Contoh syahid jenis ini adalah mati karena melahirkan, mati karena wabah penyakit, mati karena reruntuhan, dan mati karena membela hartanya dari rampasan, begitu pula penyebutan syahid lainnya yang disebutkan dalam hadits shahih. Mereka tetap dimandikan, dishalatkan, namun di akhirat mendapatkan pahala syahid. Namun pahalanya tidak harus seperti syahid jenis pertama.
Kitiga, Orang yang khianat dalam harta ghanimah (harta rampasan perang), dalam dalil pun menafikan syahid pada dirinya ketika berperang melawan orang kafir. Namun hukumnya di dunia tetap dihukumi sebagai syahid, yaitu tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Sedangkan di akhirat, ia tidak mendapatkan pahala syahid yang sempurna. Wallahu a'lam. Jadi Mati syahid dalam mempertahankan harta dicatat sebagai syahid di akhirat. Sedangkan untuk hukum di dunia, ia tetap dimandikan dan dishalatkan.
Untuk menjaga harta, maka Islam mengharamkan segala bentuk pencurian, yaitu mengambil harta orang lain tanpa sepengetahuan dan kerelaannya. Mencuri juga termasuk dosa terbesar dari dosa-dosa besar, sehingga pelakunya diancam dengan hukuman yang sangat buruk yaitu potong tangan.
Dengan ditegakkannya hukuman ini maka harta orang akan terjaga, sebab seseorang yang akan mengambil harta orang lain akan berpikir panjang, karena tangannya akan menjadi taruhan. Maka dengan demikian seluruh orang akan merasa aman terhadap harta miliknya, tidak ada rasa takut kemalingan atau dirampok dan sebagainya. Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 5:38)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Allah Azza wa Jalla melaknat pencuri yang mencuri telur, lalu tangannya dipotong".