Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Peneror dan Ahli Kutuk

30 Maret 2021   16:17 Diperbarui: 30 Maret 2021   16:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sudah pasti menjadi tempatnya salah, kecuali orang-orang yang telah dipilih menjadi kekasih-Nya. Seharusnya kita pun tidak kaget atau gumunan terhadap hal-hal yang melenceng dari norma dan aturan adab yang berlaku. 

Membenci juga tidak menambah nikmat, justru akan semakin menambah sesak diri sendiri. Jangan lupa kalau opsi memaafkan juga selalu ada dalam dunia yang penuh akan kesalahan dan itu normal. Yang tidak normal itu ketika suatu saat tidak ada lagi pemberitaan terkait kriminal atau semua tiba-tiba menjadi baik.

Kalau pesan seseorang yang sudah seperti kakak, bahwa kita tidak akan pernah bisa lepas dari sesuatu yang bernama anggapan, asumsi, dan kata-kata sekerabatnya. Tapi di sisi lain, kita juga memiliki pilihan untuk tidak percaya kepada sesuatu anggapan atau asumsi yang berasal dari luar diri kita.

Semisal kehidupan ini ibarat sebuah pertandingan kesebelasan antara klub yang dilatih oleh Kanjeng Nabi dengan klub yang dilatih oleh Iblis. Sanggupkah kita memprediksi ada di menit ke berapa pertandingan ini sudah berlangsung? Terus berapa skor sementara yang tertera di papan skor? Unggul mana? Mengapa harus ada pertandingan kalau yang tercipta hanya situasi kompetisi atau unggul-unggulan?

Padahal sponsor utama yang menyelenggarakan pertandingan dan membuat semua itu tercipta, hingga bisa kita nikmati permainan dan segala citra keindahann yang ditunjukkan. Ia hanya menjawab, "sesuka-sukaku!" Kalian bisa mengutuk, bahkan menjadi ahli kutuk juga karena perkenaan-Ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun