Keterbukaan ini sangat penting dan dibiasakan agar menjadi budaya yang membangun dalam ruang pembelajaran. Kami pun saling berbagi ajakan kepada teman-teman yang hadir terkait ruang M3 ini, berbagi energi positif demi meningkatkan ekspertasi diri secara kolektif.
Ada 2 kemungkinan yang bisa berujung suasana seperti ini menjadi menarik atau sebaliknya. Sesuatu akan menarik apabila kita membawa kesadaran untuk mencari atau membaca ilmu yang bisa diambil dari siapa saja dalam ruang ini. Tentu harus dengan syarat kerendah-hatian atas ilmu itu sendiri.Â
Sebaliknya, sesuatu menjadi tidak menarik atau bahkan mungkin membosankan apabila kita berangkat dalam ruang seperti ini dengan kesadaran "merasa" dan menjadikannya sebagai ajang kompetisi.
Kita sering tidak sadar, bahwa pengetahuan itu datang bukan hanya dari yang tertulis, yang terdengar atau yang bersuara. Pengetahuan datang dari dunia yang terlepas dari semua itu, yang secara ajaib telah bermanifestasi menjadi pengetahuan yang akhirnya diterjemahkan ke dalam pikiran kita melalui kata-kata yang saling terlafadzkan.Â
Sebagaimana Nabi Musa as. yang diceritakan telah berkomunikasi dengan Tuhan, apakah pembicaraan itu juga menggunakan alat indera layaknya manusia pada umumnya? Apakah Tuhan "berbicara" kepada manusia melalui bunyi atau kata?
Segala pembelajaran pada malam hari ini berlangsung hikmat. Semua bergembira atas apa yang telah didapat dalam M3 ke-10 ini. Sekitar pukul 00.30, acara pun dipungkasi dengan doa penutup majelis secara seksama. Demi pengetahuan yang telah hadir menciptakan makna, dan ketika tamu pengetahuan bernama cinta itu muncu, apakah ruang ini masih mencukupi?
***
Sanggar Wening, 19 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H