Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aturan Senonoh Manusia

17 Juli 2020   16:39 Diperbarui: 17 Juli 2020   16:32 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika keadaan mulai berangsur seperti semula, sebuah peraturan kembali dikeluarkan sebagai salah satu tindak pencegahan atas semakin merebaknya kasus Covid-19 di beberapa daerah. Jujur saja, kesan pertama adalah Muak! 

Dan setelah membaca himbauan baru tersebut, seolah pikiran berontak, "dalam 4 poin pengecualian yang boleh tidak memakai masker, mengapa sama sekali tidak dimasukkan keadaan ketika beridadah?"

Bahkan, dalam poin terakhir tertulis selain foto-foto sesaat. Apakah peribadatan tidak lagi penting sehingga tak perlu dicantumkan? Apakah nantinya kalau beribadah mesti menggunakan masker kalau tidak ingin dikenakan denda? Yang buat saya pribadi curiga, pernahkah kalian membuat sebuah aturan dengan mengikutsertakan Tuhan yang berkuasa atas segala hal? Atau kalian merasa sudah mampu, sehingga cukup dengan menggunakan akal pemikiran sebagian orang saja?

Kita sedang dalam keadaan ketidaktahuan masal tentang apa yang sedang di hadapi. Jangan membuat batas-batas yang diri sendiri belum tentu bisa mengaplikasikannya. Akan sampai berlarut-larut sampai kapan, kita diikutsertakan dalam permainan dengan aturan yang senonoh seperti itu? 

Kalian melihat saja tidak mampu, hanya mengetahui info-info Covid-19 dari data-data media informasi. Sudah merasa gagah dan sembrono mencoba untuk melawan sesuatu yang tak tampak.

Haruskah saya membuang KTP, jika tidak ingin ikut serta dalam permainan aturan tersebut? Atau jangan-jangan anda sekalian merasa telah ikut andil mengurusi kami selama ini, sedang kalian tidak pernah tahu akan keadaan atau lingkungan sekitarku yang tiap hari mesti menahan keinginan bahkan kelaparan di masa-masa seperti ini. 

Kalian tidak pernah ikut membersamai perjalanan mereka, tapi seenaknya saja membuat aturan dengan denda-denda yang sanggup  buat keluarga kami makan setidaknya beberapa hari kedepan.

Tidak pernah ada keseriusan sedari awal untuk benar-benar menyelamatkan rakyatnya dari Coronavirus, namun disisi lain merasa berkuasa atas mereka. 

Kita sudah tidak ingin campur dalam ketidakseriusan dan ketidakjelasan permainan tersebut. Terlalu banyak kata-kata yang dimuat dalam aturan, tidak disepakati sebagaimana mestinya.

Jangan salahkan kami, jika kami memutuskan untuk menjadi pemimpin setidaknya bagi diri kami sendiri. Jangan salahkan kami, jika kami bergerak dengan kesabaran semampu-mampu kami. 

Toh, kami juga tidak pernah meminta anda sekalian untuk bertanggung jawab dalam kemelaratan hidup kami. Lihatlah aparatur kenegaraan kalian, menjadi wajah-wajah ketidakseriusan dan kebimbangan atas segala putusan yang dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun