Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan Kelembutan, Gelap-Terang Akankah Fana?

21 April 2020   16:21 Diperbarui: 21 April 2020   16:16 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture by Bara Purnama

Kita tentu berterimakasih kepada pandemi yang lebih sering mengumpulkan mayoritas manusia yang hidup terpisah untuk kembali berkumpul kepada keluarga.

Menghabiskan waktu untuk menciptakan moment kebahagiaan bersama di tengah wabah corona sembari saling mengamankan setidaknya di lingkungan terdekatnya.

Tapi, meski di rumah saja, apakah ada jaminan 100% aman dari virus Corona? Peran ibu sangat penting untuk menjadi komando dalam menjaga kebersihan, selain menyediakan makanan. 

Membangun ikatan yang lebih erat dengan saling berbagi cerita atau bertukar pikiran yang biasanya sangat jarang dilakukan. Menjadi kontrol atas setiap informasi-informasi yang berlalu --lalang membawa keresahan. 

Pengawasan ini sangat krusial mengingat informasi bisa jadi menjadi ancaman yang lebih serius daripada Corona. Informasi sanggup mematikan nurani dan memtuskan rahmat yang seharusnya semerbak dimana-mana.

Corona datang justru memberikan nasihat terbaik kepada manusia, yaitu mengingat kematian. Corona datang begitu lembut karena makhluk ciptaan Tuhan ini tak mampu dipandang menggunakan mata telanjang. 

Disaat diluar sana manusia begitu yakin dan pasti dapat menaklukan Corona dengan keangkuhan intelektualnya. Dengan ketangguhan sikap maskulinitasnya yang jika tidak dapat dikontrol justru hanya menyebabkan kesembronoan.

"Habis gelap terbitlah terang" seolah menjadi slogan yang selalu mencuat tiap tahunnya di hari Kartini. Namun, hidup adalah sebuah siklus yang terus berputar. 

Terbitnya terang bukan berarti gelap telah habis dan berakhir. Terang juga akan menjadi tanda bahwa gelap akan segera menyapa kemudian. Gelap dan terang hanyalah simulasi satu momen, layaknya baik dan benar, lebih dan kurang, dsb. Dimana komponen-komponen tersebut secara simultan akan dipelajari di sepanjang jalan kehidupan.

Gelap-terang-gelap-terang, dst. Hidup itu dinamis dan berkelanjutan, jangan mudah berhenti. Mulai melatih berpikir secara paralel dalam menyikapi kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dengan bekal ilmu yang sudah dipelajari. 

Terapkan dengan penuh kedaulatan dan kamantapan! Kita tidak pernah bisa memberikan standar porsi kadar terang ataupun gelap. Karena dalam terang selalu mengandung gelap, pun dalam gelam yang selalu menyembunyikan terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun