"Priska, iboooooo...." Jawab Layla yang mesti sedikit tidak jujur kepada ibunya.
Ternyata Layla hanya butuh keberanian. Selama ini dia hanya menyalahkan dirinya sendiri, namun itu berubah setelah Tama mengisyaratkan sesuatu kepada Layla lewat kata yang telah tersampaikan. Meski sudah terasa sangat canggung. Selama itu pula Layla merasa seolah hatinya berkata iya, namun kesadarannya selalu saja membantah.
Baik Tama maupun Layla telah mencurahkan keberaniannya masing-masing. Meski membutuhkan rentang waktu yang berbeda. Namun apa artinya rentang waktu tersebut, jika hal itu dapat terlipat dengan pertemuan. Meskipun harus dengan dibayar dengan ongkos rindu yang meski terpendam oleh keberanian yang lebih dahulu dinyatakan.
(klek... klek... klek... suara kunci terbuka)
Apakah pertemuan nanti akan berarti seperti kelahiran kembali? Ataukah hanya sekedar silaturrahmi? Pada akhirnya, sebuah mantra terbalaskan oleh sebuah pesan virtual yang mempertemukan. Semesta pun mengabulkan pertemuan tanpa melibatkan keinginan. Lantas alasan apa yang memberanikan Layla untuk melihat kegilaan Tama?
...
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H