"Emang Tama gak pernah ngajak ketemu?"
"Pernah, sesekali, tapi mesti pas aku gak bisa karena ada acara. Tapi, ternyata dia pun setengah mati ingin menyapaku karena begitu memahami kebiasaanku."
"Kapan kamu terakhir kali menyapanya?"
"Gak pernah."
"Gimana sih kamu, Laa. Coba sekali-kali kamu yang ngajak. Sesibuk apapun dia pasti akan menyempatkan, pun jika ada sudah ada agenda lain, Tama pasti merelakan waktunya demi kamu. Tidak seperti kamu!"
Layla pun hanya terdiam, memperhatikan , dan menimbang saran sahabatnya ini.
"Aku akan menanti, apa ini hanya rasa bersalahmu atas Tama, atau memang penantianmu, atau sekedar permainanmu seperti biasa, hahaha...."
***
"Mau kemana, Laa? Sendirian?" tanya ibunya melihat Layla sudah nampak feminim.
"Keluar sebentar, bu. Mau ngasih titipannya temen kemarin. Ada yang lupa tidak kebawa."
"Temen, apa temen? Goda Sang Ibu.