Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Isyarat Keberanian dalam Sebuah Pesan

27 Desember 2019   15:48 Diperbarui: 27 Desember 2019   15:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai macam pemikiran mulai berbicara di dalam benak Tama. Keheranan yang justru baru dirasa sekarang daripada ketika waktu setengah sadar menerima pesan tersebut. Sepertinya kegilaan yang tersembunyi atau bahkan memang tak tersalurkan. Sudah mengendap, lalu kembali digali.

Tama telah banyak sekali memelihara rasa lewat tulisan-tulisan yang kini menjadi sesuatu yang disukainya. Bahkan dari kebiasaan menulis tersebut, Tama mulai bertemu banyak orang yang tidak disangka-sangka dan banyak memberikan pelajaran kepadanya.

Ada satu buah kata Tama yang diberi judul 'Jika Aku Mendekat, Larilah' merupakan sebuah pengungkapan akan ketakutannya. Ketidakpantasannya. Atau seperti hubungan-hubungan yang sempat disinggung oleh teman-temannya yang pada akhirnya hanya kan memberikan sebuah pelajaran tentang bagaimana luka, rasa sakit, bahkan kehilangan.

Oleh karena itu, Tama lebih memilih bersembunyi ke dalam gua. Mengasingkan diri dari segala zaman yang menuntut segala kemajuan, namun justru kemunduran. Bertapa dari segala kesenangan-kesenangan sementara, dan memilih berada dalam kesederhanaan-kesederhanaan yang membuka pandangan tentang keabadian. Dan memilih setia kepada rasa, yang tak pernah tahu siapa yang memupuknya dan menyiraminya.

Karena cara menumbuhkannya bukan dilakukan pada umumnya yang mesti terbiasa untuk bertemu, ada kesepakatan rasa terutama cinta untuk saling menjaga. Sedang apa yang dilakukan Tama dilalui dengan cara yang berbeda.

Tidak ada pertemuan dan sama sekali tidak ada kesepakatan rasa. Namun, justru hal itu tumbuh dengan subur karena menemukan siapa yang paling berhak menciptakan dan menumbuhkan rasa.

(-)

Keberanian itu nampaknya tidak diambil begitu saja oleh Layla. Priska yang beberapa waktu sebelumnya menghampiri Layla ikut ambil bagian dalam untuk memastikan kegilaan seorang Tama. Priska yang tak sengaja membuka buku yang tergeletak di meja Layla pun memancing Layla untuk sedikit bercerita tentang rasa.

"Kamu gimana sama Rendi, Laa?" tanya Priska.

"Apasih kamu, Pris. Tiba-tiba pertanyaanmu aneh." Jawab Layla sembari merapikan buku-buku yang berserakan diatas meja.

"Ya, aku penasaran aja. Siapa tau kamu sudah bosan dengan kesendirian dan mulai menemukan kepercayaan atau rasa penasaran kepada seseorang. Dan yang laki-laki yang paling dekat denganmu kan hanya si Rendi." Gurau Priska.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun