"Tapi sepertinya kamu tidak ada usahanya untuk mendekati siapa gitu?"
"Jangan bilang kamu masih belum move on!"
"Tapi, si dia (Layla) bukannya sekarang dekat sama Rendi yaa?"
Teman-temannya ini sepertinya berusaha memojokkan Tama untuk bercerita sesuatu.
"Kalian tidak tahu 'kan bagaimana si Tama ketika gak sengaja ketemu Layla di Gunung Andong?" sahut Antok yang pada waktu menemani Tama dan tidak sengaja bertemu dengan Layla.
"Sial...! Emang aku kenapa?"
Antok pun menceritakan ketidaksengajaan itu kepada teman-temannya. Memang sudah menjadi hal yang biasa kami untuk saling berbagi cerita karena kedekatan yang sudah terjalin begitu lama antara Tama dan teman-temannya. Bagaimana Tama dan Layla saling canggung, bahkan ketika mereka bertatapan pun diceritakan dengan detail oleh si Antok.
"Kalau masih ada rasa gapapa, Tam. Hanya saja jangan sampai perasaan itu menutup pintumu buat yang lain."
Tama pun hanya tertawa sambil berkata, "Hahaha... padahal aku membiarkan rasa ini tumbuh dan berkelana dengan sendirinya. Aku tak pernah mengekangnya, apalagi mencoba untuk mengendalikannya."
Dalam perjalanan pulang, Tama memikirkan tentang Layla menurut apa yang menjadi penilaian teman-temannya. Mereka hanya melihat pada apa yang nampak. Sebuah ikatan cinta menurut pemahaman teman-temannya adalah bagaimana sebuah hubungan itu menjadi satu.
Namun, makna cinta yang menjadi dasar sebuah hubungan bagi Tama lebih dari sekedar itu. Yaitu tentang bagaimana seseorang akan terus mencinta tanpa sepatah balasan kata pun dari orang yang dicintainya.