Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bersembunyi di Balik Sukma

26 September 2019   16:31 Diperbarui: 26 September 2019   16:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com by skeeze

Namun, balasan singkat itu seperti mengukuhkan niat Tama, setidaknya untuk mengungkapkan apa yang telah dirasakannya. Toh, umur mereka juga kian beranjak dewasa. Ya, sebagai seorang lelaki, pernyataan ini mungkin bisa menjadi sebuah bentuk pertanggungjawaban atas rasa yang tak pernah bisa dicipta atau dipaksakan.

Di suatu pagi yang cerah, Tama dan Layla sedang menikmati es kelapa muda. Menikmati belaian angin yang berangsur mengusap keringat mereka berdua. Bercanda dan tertawa menafsirkan semesta yang memberikan keteduhan itu.

"Laa, salahkah kalau aku memiliki rasa yang sering mereka sebut cinta?" tiba-tiba Tama menyela.

..............................................

***

(Di rumah Layla)

Sesampainya di rumah, Layla pun tak bisa begitu saja menghilangkan makna dari pertemuannya kembali dengan tama. Bahkan, malam demi malam yang telah dilalui justru semakin menambah rasa penyesalan atas sikap yang telah dilakukannya kepada Tama waktu itu. Pertemuan yang membukakan pintu kenangan yang telah lama Layla tutup rapat-rapat.

Layla merasa hal tersebut hanyalah rasa bersalahnya yang berubah menjadi rasa iba. Atau mungkin kedekatannya waktu itu tak lebih hanya sebatas rasa ibanya kepada Tama atas perjuangannya yan telah dilakukan. Dan sebuah kekaguman atas pengalaman yang oleh Tama selalu dijadikan ruang pembelajarannya untuk berani mendobrak!

"Tak ada yang salah dengan keputusanku!"

"Pertemuan tadi pun hanya kebetulan."

Kedewasaan serta kemandirian menjadikan Layla semakin pintar melakukan pembenaran atas tindakannya. Meskipun, sekarang pintu itu telah terbuka kembali. Tama seolah selalu berbisik luruh menuntun, disaat Layla dengan kedewasaannya seolah tak mendengar pesan-pesan itu. Terkadang, Tama menyalakan cahaya remang Layla. Tapi, Layla meredupkannya dengan keinginan yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun