Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Pengelana dan Ketidakjelasannya

23 Agustus 2019   16:43 Diperbarui: 23 Agustus 2019   16:51 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gus Welly hanya tersenyum kecil)

***

Sedikit terjadi kebingungan juga ketika seorang pejalan kaki mesti diklakson oleh pengendara kendaraan bermotor yang melaju dari arah belakang. Sekarang, siapa yang melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi ketika para pejalan kaki hanya melaju di tepian jalan yang bahkan tidak di bagian yang beraspal. Alasannya apa coba? Kalau memang mengindikasikan suatu ancaman atau potensi bahaya, bukankah yang lebih menimbulkan cedera adalah mereka yang memacu kendaraan bermotornya, baik sepeda motor ataupun mobil?

Para pejalan sudah mengambil tepian jalan yang tidak rata dengan batu-batunya atau terkadang menapakkan di kubangan lumpur. Terkecuali kalau memang para pejalan kaki itu berjalan di tengah-tengah jalan disaat kanan kirinya terdapat trotoar. Mau khusnudzon, tapi mereka melaju juga tanpa mengurangi kecepatannya sembari membunyikan klakson ketika melewati para pejalan kaki. Lantas, kalau misal ada kecelakaan siapa yang salah? Bahkan mayat kucing yang tadi siang mereka kuburkan juga sudah pasti adalah korban tabrak lari salah seorang pengendara kendaraan bermotor.

Mereka sampai lupa jika hari itu adalah tanggal 17 Agustus, yang notabene es degan yang biasanya banyak dijual di tepian jalan, namun kali ini sangat jarang sekali selama perjalanan dari siang hingga menjelang maghrib. Tapi, sepertinya Tuhan tidak ingin mengecewakan mereka, sebelum gelap mereka menemukan sebuah warung yang di depannya terdapat tumpukan kelapa muda. Gus Welly dan Bewol memutuskan beristirahat sembari mengobati lecet pada kaki Gus Welly akibat sandal yang notabene baru dibelinya juga di perjalanan. Ternyata, barang baru itu tetap memiliki potensi resiko melukai sang pemilik baru.

"Gus, tadi lihat cewek berkerudung biru itu gak pas berhenti di tempat jualan es degan?"

"Hah, yang mana sih?"

"Itu lho, yang memakai sepeda lipat dengan adik kecilnya di belakang?"

"Ada po?"

"Wahh, nyesel kamu Gus gak diberi kesempatan untuk melihatnya. Lihat, aku sekarang jadi lebih semangat setelah melihat kecantikannya. Dandanannya juga natural menampakkan wanita desa pada umumnya."

"Asu kamu, Wol. Ada cewek cantik gak ngode-ngode! Lha terus kenapa kamu hanya diam saja? seharusnya kamu sapa saja tadi cewek itu. Siapa tau itu jodoh kamu." Canda Gus Welly.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun