Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kamu Mesti Merdeka atas Segala Pertentangan yang Mencemaskan

27 Juli 2019   15:20 Diperbarui: 27 Juli 2019   15:30 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika malam Jum'at tiba, sudah menjadi kebiasaan bagi Bewol untuk berkeliling ntah tanpa tujuan. Mencari sebuah pertemuan untuk meniti sebuah barokah. Tidak mesti ziarah ke tempat peristirihatan para ulama. Apalagi ketika ziarah ke orang tuanya pun dalam rentang waktu tertentu belum dilakukan. Sedang barokah itu sendiri sangatluah luas.

Bewol sendiri sering bertanya-tanya dalam benaknya karena ada niat yang janggal dalam ziarah tersebut. Ada yang berziarah agar do'anya lebih mudah diijabahi. Lalu ada juga yang mencari barokah ulama itu baik berupa keselamatan, ilmu ataupun cipratan cahayanya. Tapi masih mending mereka yang menyempatkan diri berziarah daripada hanya membuat argumen 'mendoakan tidak mesti mendatangi kuburannya kan?'. Jarang yang benar-benar tulus mendoakan tanpa menginginkan imbalan apapun. Meskipun ada beberapa atau mungkin banyak yang melafalkan do'a-do'a ketika tanpa mengerti maknanya. Tapi gesturenya benar-benar menunjukkan keikhlasannya dalam berdoa.

"Lalu, kalau yang seperti itu janggal. Menurutmu mesti bagaimana, Wol?" tanya Rohmat.

"Sekarang aku tanya, apa tujuanmu mencari barokah? Demi yang didoakan atau hanya dalih untuk menyembunyikan keinginanmu mendapatkan nikmat?" jawab Bewol.

"Ya, mereka kan mendatangi untuk berdoa pada intinya. Mau itu untuk yang didoakan ataupun untuk kebaikan dirinya. Biarkan itu menjadi urusannya masing-masing, tho!"

"Betul, tapi setidaknya kan memiliki pegangan nilai dan adab terhadap orang yang kamu datangi. Sanggupkah kamu mendatanginya dengan tulus dan membuang segala kepentinganmu? Agar rasa cintamu membuatnya mulai memandang wajah melasmu. Dan sangat tidak mungkin ketika rasa pengabdian atas cinta itu terasa, dia tidak memberikan balasan apapun terhadapmu."

Tak selang berapa lama, manusia yang setia dengan urusan ziarah datang menyusul kami yang sedang duduk di tengah keramaian. Semakin komplitlah subjek untuk memulai dunia perghibahan. Uniknya, ghibah disini bukan ngomongin orang. Ketika mereka bertiga sudah berkumpul, keramaian pun itu pun akhirnya hanya menjadi bagian dari lingkarannya. Yang sesekali mesti ditepuk-tangani atau di 'amin'i. Semakin larut, topik pembahasannya pun mengarah semakin ke personal.

"Aku tu khawatir sama kamu, Wol. Dengan wujud dan rupa yang dianugerahkan sedemikian rupa, tapi masih jomblo. Kalau itu Rohmat, mungkin aku gak terlalu khawatir. Aku takut jangan-jangan kamu mulai tertarik LGBT." Kata Gus Welly mulai mencoba menggairahkan suasana.

"Apik yaa, kebenaran pemikiranmu yang akhirnya terlontarkan itu. Tapi tenang saja, aku sedang menikmati cinta kepada seorang perempuan." Sahut Bewol.

"Menikmati cinta? Kepada siapa?" potong si Rohmat.

"Sekarang begini, menurut kalian darimana datangnya sebuah angan? Apakah kita bisa menciptakan angan atau datang begitu saja? Hingga akhirnya timbullah sebuah rasa, termasuk salah satunya cinta. Lalu siapa yang memberi perasaan cinta itu kepadaku?" Tanya Bewol kepada kedua karibnya.

Segala argumen pun dilontarkan oleh Gus Welly dan Rohmat. Baik itu sebuah persetujuan atau sebuah pertentangan. Untuk menyanggah atau memberikan masukan-masukan yang menurut mereka mampu membuat Bewol untuk segera melepas masa lajangnya.

 "Memang menikmati itu seperti apa?" tanya Gus Welly.

"Cinta di zaman sekarang terlalu banyak kemunafikan. Mereka bilang cinta kepada seseorang. Bahkan dengan bumbu ketulusan, Pada saat mengatakan hal tersebut, kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka sedang mengungkapkan cinta kepada dirinya sendiri. Demi kebahagiaan atau rasa puas atas kebutuhan jiwa yang sedang merenggut batinnya."

"Itu kan hanya persepsi atau pandanganmu yang mungkin terbentuk setelah kamu banyak mengalami kehilangan atau rasa sakit. Hingga kebutuhan akan cinta atau ridu itu pun tidak dapat kau penuhi." Rohmat menyangkal.

Sembari tersenyum, Bewol menjawab, "Lalu apa jadinya jika angan yang datang tersebut adalah buah akan manifestasi rinduku ketika menyapa Tuhanku atau kekasihNya?"

"Tapi gini, jodoh itu kadang merupakan seseorang yang tidak bisa kita sangka-sangka. Benar jika jodoh juga cerminan diri. Tapi apabila kita bercermin, bukankah yang terjadi kita akan saling menghadap? Bayangan yang ada di cermin tidak menghadap ke arah yang sama, tapi bertolak-belakang. Bisa jadi jodohmu adalah seseorang yang memiliki sifat yang berkebalikan darimu. Untuk saling melengkapi. Dan pasti akan banyak hikmah yang bisa dipelajari dari sifat ataupun kebiasaan yang saling bertentangan tersebut." Kata Rohmat.

"Betul, kamu akan mengalami pertengkaran-pertengkaran yang terasa sangat lucu apabila kamu telah melaluinya. Aku suka musik metal, sedang istriku sama sekali tak menyukainya. Begitupun sebaliknya. Tidak hanya itu dan masih banyak lagi." Terang Gus Welly menceritakan pengalamannya.

"Jadi, mulai kapan kamu akan membuka diri, Wol?"

"Betul, apa yang kalian katakan. Anggaplah aku memang budak bagi anganku karena aku mencoba setia kepada rasa yang telah diberikan. Kenapa saya mengatakan budak? Pengabdian. Hanya saja persepsi kita mengenai budak terlalu berkonotasi negatif. Tapi menurutku, jangan katakan cinta jika kamu enggan menjadi budaknya. Jangan mengakui beriman jika engkau tidak menjadi hamba sahayaNya dan terlalu banyak menuntut."

"Oh iya, membuka diri. Ragam pemikiran yang kalian merupakan hal yang lumrah. Pertentangan ataupun perselisihan pasti menjadi suatu hal yang pasti terjadi. Karena itu pada akhirnya mengandung hikmah untuk 'saling' apa saja. Menguatkan, merekatkan, memesrakan, dan lain-lain. Aku merdeka atas pertentangan itu yang jika dipikirkan hanya mencemaskan diri sendiri. Dan aku selalu membuka diri, namun dengan atau tanpa angan itu akan sama saja. Dan yang mampu membuka mesti berani menanggung salah satunya kecemburuan, hehe..." jawab Bewol sembari melebarkan senyumya dengan kepala ia tengadahkan menatap langit yang terlihat kelabu malam itu.

"Woooo, gendeng!"

Malam semakin larut. Ketiga Pria yang sudah menikah, sedang pacaran, dan sedang jomblo memang memiliki pandangan yang berbeda atas rasa cinta yang diberikan. Kita tidak bisa menyimpulkan menjadi satu sebuah persepsi tentang apa itu cinta. Biarlah makna akan cinta itu menjadi rona atau gradasi yang memberikan warna-warna pada kehidupan.

Permasalahannya bukan pada bagaimana kita memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Namun terlatak pada bagaimana kita dapat menerima segala perbedaan yang bertentangan dengan kebenaran yang kita yakini. Tidak hanya yang bernyawa saja yang memiliki pasangan. Benar berjodoh dengan salah. Memiliki bejodoh dengan kehilangan. Kekayaan berjodoh dengan kemiskinan. Cinta pun berjodoh dengan permusuhan.

Lantas apa yang membuat kamu tidak dapat menerima segala konotasi negatif tersebut jika suatu saat kamu pasti akan mengalaminya? Kita mesti memiliki kedaulatan berfikir sehingga mampu merdeka atas segala pertantangan-pertentangan yang mencemaskan tersebut. Kamu tidak bisa mendapati kenyamanan yang abadi selama ragamu masih terlalu banyak memuat kenikmatan dunia. Seperti mereka yang tidak begitu terpengaruh oleh keadaan di antara keramaian dan seperti mampu menciptakan dunianya sendiri.

"Oiya, tentang cerminan itu tadi. Menurutmu darimana kamu mendapatkan pandangan atas beyanganmu sendiri? Darimana kamu mendapatkan sebuah penglihatan yang akhirnya sanggup mendeskripsikan bayanganmu, cermin, atau segala sesuatu yang dapat kalian lihat hingga kalian mendapat banyak makna. Adakah hal itu akan kamu dapat selain bukan karena cahaya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun