"Sekarang begini, menurut kalian darimana datangnya sebuah angan? Apakah kita bisa menciptakan angan atau datang begitu saja? Hingga akhirnya timbullah sebuah rasa, termasuk salah satunya cinta. Lalu siapa yang memberi perasaan cinta itu kepadaku?" Tanya Bewol kepada kedua karibnya.
Segala argumen pun dilontarkan oleh Gus Welly dan Rohmat. Baik itu sebuah persetujuan atau sebuah pertentangan. Untuk menyanggah atau memberikan masukan-masukan yang menurut mereka mampu membuat Bewol untuk segera melepas masa lajangnya.
 "Memang menikmati itu seperti apa?" tanya Gus Welly.
"Cinta di zaman sekarang terlalu banyak kemunafikan. Mereka bilang cinta kepada seseorang. Bahkan dengan bumbu ketulusan, Pada saat mengatakan hal tersebut, kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka sedang mengungkapkan cinta kepada dirinya sendiri. Demi kebahagiaan atau rasa puas atas kebutuhan jiwa yang sedang merenggut batinnya."
"Itu kan hanya persepsi atau pandanganmu yang mungkin terbentuk setelah kamu banyak mengalami kehilangan atau rasa sakit. Hingga kebutuhan akan cinta atau ridu itu pun tidak dapat kau penuhi." Rohmat menyangkal.
Sembari tersenyum, Bewol menjawab, "Lalu apa jadinya jika angan yang datang tersebut adalah buah akan manifestasi rinduku ketika menyapa Tuhanku atau kekasihNya?"
"Tapi gini, jodoh itu kadang merupakan seseorang yang tidak bisa kita sangka-sangka. Benar jika jodoh juga cerminan diri. Tapi apabila kita bercermin, bukankah yang terjadi kita akan saling menghadap? Bayangan yang ada di cermin tidak menghadap ke arah yang sama, tapi bertolak-belakang. Bisa jadi jodohmu adalah seseorang yang memiliki sifat yang berkebalikan darimu. Untuk saling melengkapi. Dan pasti akan banyak hikmah yang bisa dipelajari dari sifat ataupun kebiasaan yang saling bertentangan tersebut." Kata Rohmat.
"Betul, kamu akan mengalami pertengkaran-pertengkaran yang terasa sangat lucu apabila kamu telah melaluinya. Aku suka musik metal, sedang istriku sama sekali tak menyukainya. Begitupun sebaliknya. Tidak hanya itu dan masih banyak lagi." Terang Gus Welly menceritakan pengalamannya.
"Jadi, mulai kapan kamu akan membuka diri, Wol?"
"Betul, apa yang kalian katakan. Anggaplah aku memang budak bagi anganku karena aku mencoba setia kepada rasa yang telah diberikan. Kenapa saya mengatakan budak? Pengabdian. Hanya saja persepsi kita mengenai budak terlalu berkonotasi negatif. Tapi menurutku, jangan katakan cinta jika kamu enggan menjadi budaknya. Jangan mengakui beriman jika engkau tidak menjadi hamba sahayaNya dan terlalu banyak menuntut."
"Oh iya, membuka diri. Ragam pemikiran yang kalian merupakan hal yang lumrah. Pertentangan ataupun perselisihan pasti menjadi suatu hal yang pasti terjadi. Karena itu pada akhirnya mengandung hikmah untuk 'saling' apa saja. Menguatkan, merekatkan, memesrakan, dan lain-lain. Aku merdeka atas pertentangan itu yang jika dipikirkan hanya mencemaskan diri sendiri. Dan aku selalu membuka diri, namun dengan atau tanpa angan itu akan sama saja. Dan yang mampu membuka mesti berani menanggung salah satunya kecemburuan, hehe..." jawab Bewol sembari melebarkan senyumya dengan kepala ia tengadahkan menatap langit yang terlihat kelabu malam itu.