Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sabdo Ono, Cipto Dadi

5 Februari 2019   12:04 Diperbarui: 5 Februari 2019   12:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua sepakat untuk membunuh sesama! Dan jamaah menjawabnya iyaa! Ternyata itulah arinya. Kondisi zaman yang sengaja disiratkan kedalam pentas monolognya agar kita selalu mawas dan tidak ikut mudah hanyut dalam arus. Apalagi kalau akhirnya hanya menyempitkan makna cinta dan membangun kebencian antar sesama.

Sesi diskusi pun dimulai sekitar pukul 22.00. Kang Ahmad ngode untuk mengajak saya menaiki panggung. Saya sedih, saya sudah di panggung tapi disuruh naik panggung lagi. Bingung,kan? Karena saya sendiri kesini hanya diperjalankan atas dasar cinta. Bukan untuk apa-apa, apalagi mengemban misi tertentu. 

Semua hanya hasil kemesraan dan cinta hingga akhirnya semua dipertemukan. Bersama dengan Mas Zuhud dan Mas Abi, akhirnya kita berempat nggelar kloso untuk membahas tema 'Klilipan' dan ngudari satu persatu sebagai proses pembelajaran bersama.

dokpri
dokpri
Kang Zuhud menjelaskan prolog tentang tema malam ini. Saya hanya basi-basi. Kang Ahmad moderatornya. Dan yang banyak menyampaikan pesan adalah Mas Abimanyu. Dengan pengetahuannya yang sangat luas yang bisa dilihat dari pemikirannya dan cara penyampaian yang membuktikan bahwa beliau adalah seorang seniman teatrikal. 

Para jamaah di awal acara sudah banyak yang menanggapi. Kesamaan pemikiran akhirnya bertemu. Salah satunya adalah tentang benar dan salah. Karena pada dasarnya manusia memiliki ego kebenaran versi pemikirannya yang tidak semua bisa diseragamkan.

Di sesi terakhir Mas Akbar, Gus Blero, dan Pak Tono dipersilahkan menaiki panggung. Mas Akbar bercerita tentang Sengkuni. Seperti salah satu katanya, "Siapapun yang di-bully/ ditindas jika melakukan kejahatan, akhirnya akan menjadi sebuah pemakluman. Inilah Sengkuni versi teater perdikan buatan Mbah Nun ini. Kemudian Pak Tono adalah seorang Tokoh di balik terciptanya Pasar Kumandang yang sangat kondang ini. 

Karena transaksinya menggunakan koin. Pak Tono tidak dekat Mbah Nun akan tetapi dekat dengan Umbu Landu Paranggi, gurunya Simbah. Salah satu kata Pak Tono yang ditekankan adalah sebuah kata berjuang yang diganti dengan berproses. Untuk mengantisipasi rasa kecewa yang mungkin akan berdatangan menyapa.

Lalu Gus Blero menyuruh jamaah untuk mencari "Saba Parwa". Tanpa dibahas. Beliau hanya menyampaikan singkat. Islam hanya tinggal jenenge. Al Qur'an mung kari tulisane. Jaman-jaman susah tapi di sisi yang lain. Wonosobo akan menjadi peranan penting dalam segala peristiwa genting jaman ini. Setidaknya, Jadilah pemimpin bagi kehidupanmu sendiri.

dokpri
dokpri
Pak Tono mengingatkan tentang 'Sabdo ono, cipto dadi'. Yang membdekan kita dengan makhluk lain adalah angan. Hati-hati kepada angan . "Ojo gumunan, karena wong gumunan akan gampang kapusan." Terakhir, Pak Tono kemudian menyampaikan, "saya tidak akan ndremis untuk minta syafaat kepada junjungan saya. Surga sudah tidak terlalu penting." Kata-kata seperti ini hanya bisa diungkapkan oleh hamba yang tidak memiliki kepentingan apapun kepada Tuhan dan kekasihNya. Segala lakunya sama sekali bukan suatu bentuk transaksi kepada tuhan, karena surga baginya pun sudah tidak terlalu penting.

Acara pun ditutup dengan Wirid Penuntasan oleh Kang Ahmad. Sekitar pukul 03.00 pun acara dipungkasi dengan saling bersalam-salaman sambil bersholawat. Mission completed!

Minggu, 3 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun