"Pak Ihsan itu dosen ekonomi. Saya juga nggak ngerti dari mana dia kenal kamu."
Alina sendiri bingung dari mana seorang dosen ekonomi mengenal mahasiswi psikologi dan ada maksud apa ia melunasi uang kuliahnya.
"Kata Pak Ihsan, dia sangat mengenalmu sejak kecil, begitu juga ibunya Pak Ihsan. Supaya nggak bingung, saya kasih nomor ponsel Pak Ihsan aja, ya." Bu Sita mengambil sebuah kartu nama dan menyerahkannya pada gadis itu. "Kamu bisa mengucapkan terima kasih dan mungkin juga akan menjawab rasa penasaranmu."
"Baik, Bu. Terima kasih," ucap Alina. Ia pun segera pamit dan mengucapkan salam.
*
Matahari sudah tidak lagi terik ketika Alina sampai pada sebuah rumah asri berdesain minimalis. Â Memasuki pintu pagar, ia disambut suara gemricik air dari kolam ikan di sudut taman depan rumah itu.Â
Seorang wanita berusia sekitar 45 tahun yang membukakan pintu pagar tadi berjalan di depan Aruna kemudian mempersilakannya masuk.
"Siapa yang datang, Bik?" Sebuah suara bariton bertanya dari dalam rumah.
"Tamu, cari Den Ihsan katanya."
"Alina!" Seorang lelaki yang muncul dari ruang tengah setengah berteriak memanggilnya.
Alina memandang lelaki tinggi yang berjalan mendekatinya dengan mata menyipit. Jaraknya dengan lelaki tampan itu makin memendek, lalu sang lelaki menghentikan langkahnya sekitar dua meter di hadapan Alina.