"Aku tidak ingin cinta semu menjadi alasan agar kita bisa bersama," ucap Aruna ketika Aksa menyatakan isi hatinya. "Jika kamu serius, temuilah abangku! Ucapkan apa yang kamu janjikan dan mintalah aku padanya!"
Sepekan kemudian, Aksa mendatangi kediaman Aruna. Seorang lelaki berusia 30-an tahun menyambutnya hangat.
"Hanya ada dua lelaki dalam hidup Aruna. Lelaki pertama yang menjadi imam keluarga ini meninggalkan kami tanpa kabar," ucap Danu ketika Aksa menyatakan keinginannya menyunting Aruna.Â
"Saya lelaki kedua dalam hidup Aruna. Dengan segala keterbatasan sebagai kakak dan tulang punggung keluarga ini, saya berusaha membahagiakan Aruna."
Danu menatap Aksa dalam, bagai hendak menyelami isi hatinya. "Jika kamu ingin bersama Aruna, berikanlah kebahagiaan sejati seorang lelaki kepada wanitanya!"
"Saya berjanji akan membahagiakan Aruna dan menjaga hatinya agar tidak tergores sedikit pun." Aksa berikrar dengan sorot mata penuh keyakinan.
Dua bulan setelah lamaran, Aksa dan Aruna menggelar pesta pernikahan. Rona bahagia terpancar dari wajah kedua mempelai dengan sorot mata penuh cinta.
Selanjutnya, hari-hari yang mereka lalui dalam pernikahan terasa manis bak madu. Aksa dan Aruna merasakan kebahagiaan di setiap denyut nadi mereka, terlebih ketika bayi perempuan mungil hadir di tengah-tengah kehidupan mereka.
Namun, Aksa beranggapan bahwa memberikan kebahagiaan dengan cinta tulus saja tidak cukup. Hari-hari yang ia lalui, kini disibukkan dengan bekerja hingga ia melupakan keluarga kecilnya.Â
Keuletan Aksa membuahkan hasil. Semua kebutuhan hidup terpenuhi dengan berbagai fasilitas mewah.
Sayangnya, Aksa tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dari hati Aruna. Perhatian tulus Aksa yang mewujud dalam hal-hal kecil tidak lagi Aruna dapatkan. Bahkan, sang istri merasa Aksa tidak lagi menjadi dirinya sendiri.