Pada hari Minggu kemarin suami mengajak saya untuk jalan-jalan, mungpung ananda sedang liburan di Cianjur. Setelah mencari informasi, kami sepakat akan berkunjung ke air terjun yang ada di daerah Cidahu.
Pukul 07.00 kami pun berangkat menggunakan sepeda motor, menuju ke arah Cicurug. Suasana di jalan masih belum terlalu ramai, kami pun melewati daerah Parungkuda dan Bojongkokosan. Sebelum pasar Cicurug, kami belok ke arah Cidahu.
Menjelajahi Keindahan Alam di Sekitar Kaki Gunung Salak
Awalnya jalan yang dilewati bagus, tetapi setelah jauh ada jalan yang jelek karena aspalnya habis dan ini ada di beberapa titik. Saya pun mulai mengaktifkan google map dengan menuliskan tujuan yaitu Curug Sawer Cidahu. Sesekali kami juga bertanya kepada orang yang ditemui di jalan, setelah Cidahu kami diarahkan ke kiri menuju Parakan Salak sampai ke jalan menuju kampung Cikareo.
Jalannya mulai mengecil, dan kami menemukan plang yang menunjukkan ke arah Curug Sawer. Kami melewati perkampungan, jalannya berupa tanjakan sampai masuk ke kawasan perkebunan kepala sawit.
Jalan yang dilewati ada yang bagus, semakin dekat berupa jalan berbatu tetapi pemandangan di sekelilingnya sangat indah. Banyak pohon-pohon yang dilewati dan sudah terlihat Gunung Salak.
Kami berhenti dulu pada saat melihat sebuah rumah sederhana yang terbuat dari papan. Kebetulan penghuninya sedang berada di halaman, kami mampir dan izin menumpang ke air.
Saya dan suami duduk di bale yang ada di depan, pada saat melihat ke tanah ternyata banyak lubang undur-undur. Di sekitar rumah banyak pohon cabe rawit yang ditanam, kata mereka ini adalah rumah terakhir sebelum masuk ke tempat wisata.
Kami melanjutkan perjalanan, dengan melewati kebun kelapa sawit dan akhirnya sampai di gerbang kawasan wisata. Sebelum masuk kami membeli tiket, harganya Rp 15.000,00 untuk dewasa dan Rp 10.000, 00 untuk anak-anak.
Di gerbang tidak ada tulisan yang menunjukkan nama tempat tersebut, tetapi ada banner kecil yang ditempel di dekat gerbang yang ada tulisan tentang fasilitas yang tersedia dan nama kawasan tersebut yaitu Kampung Kumpul Curug Sawer Cikareo.
Kami diberitahu oleh petugas ada sebuah bangunan di atas dan bisa naik untuk melihat pemandangan yang ada di sekitarnya. Kami pun tertarik untuk ke sana, dan melanjutkan perjalanan ke atas menggunakan sepeda motor. Tak jauh dari gerbang ada kolam, dan terlihat ada anak-anak yang sedang berenang di sana.
Jalan yang dilalui menanjak, hingga kami menemukan sebuah bangunan yang bertingkat. Ada 2 orang yang berada di sana, satu orang sedang naik pohon pinus dan memotong beberapa dahan. Sedangkan yang satu orang lagi menunggu di bawah, rambutnya sudah putih dan dikuncir. Ternyata beliau adalah pemilik kawasan ini.
Kami dipersilakan naik melalui tangga yang ada di belakang bangunan, ada tempat duduk yang disediakan di atas dan sekelilingnya di pagar. Pemandangan yang terlihat dari atas luar biasa indahnya, di sebelah kiri terlihat Gunung Salak dengan jelas dan di sebelah kanan terlihat Gunung Gede tetapi tertutup oleh kabut.
Pemandangan yang terlihat di bawah juga menawan, banyak pepohonan di sekelilingnya. Saya dan suami duduk di atas sambil menikmati udara yang sejuk, kami pun berfoto secara bergantian. Setiap sudut di atas bisa menjadi spot foto dengan latar pemandangan yang indah.
Setelah puas, kami pun turun dan menemui pemilik tempat ini yang bernama Pak Rudi. Beliau menginformasikan bahwa Gunung Gede akan terlihat dengan jelas pada pukul 05.00 dan pukul 15.00. Langit di pagi hari akan terlihat indah, karena matahari baru keluar.
Kata beliau dulu sebelum Pandemi Covid, tempat ini ramai dikunjungi bahkan banyak juga yang camping ataupun menginap di tempat yang disewakan. Saat ini pengunjung belum sebanyak dulu, dan sedang dilakukan penataan kembali.
Luas kawasan ini sekitar 10 hektar, tersedia juga lapangan untuk kegiatan out bond yang letaknya di bawah bangunan ini. Kami pun izin untuk melihat-lihat ke bawah, sekelilingnya banyak pohon pinus dan ada juga pohon jeruk yang sedang berbuah. Â
Sebenarnya saya masih betah berlama-lama di sana karena suasananya masih asri, tetapi kami ingat dengan tujuan semula yaitu ingin ke Curug Sawer. Kami pun kembali ke bawah, tadinya suami mau membeli kopi di kantin tetapi tidak ada yang menunggunya.
Kami duduk di kursi kantin, sambil memakan buah lengkeng yang dibawa dari rumah. Setelah itu melihat anak-anak yang sedang berenang di kolam yang berbentuk perahu dan ada pengunjung yang sedang botram di tempat duduk yang ada di bawah pohon. Mereka adalah penduduk sekitar yang datang dengan jalan kaki atau naik sepeda motor.
Kebetulan ada petugas yang tadi di depan lewat, kami menanyakan lokasi Curug Sawer. Kata beliau debit air terjunnya sedang kecil, dan saya menjawab tidak apa-apa. Petugas tersebut bersedia menemani, tetapi mau menjemput dahulu Pak Rudi yang masih ada di atas.
Perjalanan Menuju ke Curug Sawer
Selesai mengantarkan Pak Rudi, petugas tadi menemui kami kembali. Perjalanan menuju air terjun harus dengan jalan kaki, kami pun melewati kolam pemancingan yang ada di atas. Di tengahnya ada jembatan bambu, tetapi sudah rusak sehingga kami lewat pinggir kolam.
Jalan yang dilalui oleh kami berupa jalan setapak, sekelilingnya banyak pohon-pohon yang rimbun. Sesekali kami melewati batu dan aliran air dari Curug Sawer, airnya jernih sekali. Jalannya menanjak, dan membuat napas saya ngos-ngosan.
Kami jalan dengan pelan, sesekali suami membantu saat melewati jalan yang sulit dengan memegang tangan saya. Kami berhenti sejenak di bawah pohon bambu, lengkeng yang masih ada kami berikan kepada petugas yang menemani.
Perjalanan pun dilanjutkan, sekitar 30 menit kami berjalan dari bawah sampai ke tempat ini. Ternyata betul debit airnya kecil, padahal saat melihat video di You Tube, beberapa tahun yang lalu airnya besar.
Kami pun heran, biasanya pada musim hujan itu air terjun sedang bagus-bagusnya untuk dikunjungi karena airnya besar. Kata petugas, oleh penduduk di atas di buat talang untuk mengalirkan air ke kampung sehingga debit air Curug Sawer ini menjadi kecil.
Saya dan suami bergantian berfoto di sekitar air terjun, saat duduk di batu dekat air terjun baju kami terkena cipratan airnya. Walaupun debit airnya kecil, tetapi suara gemericiknya terdengar.
Kami duduk sambil merasakan suasana yang damai dan tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang setiap hari kami temui. Rasa lelah selama perjalanan pun langsung hilang dengan merendam kaki di air yang jernih.
Kata petugas ada kawah di sekitar kawasan ini yang bisa dikunjungi, dan pernah beberapa kali mengantar mahasiswa ke sana. Perjalanannya sekitar 3 jam, sehingga berangkatnya harus lebih pagi. Tetapi kami tidak tertarik, karena tahu diri pasti tidak akan sanggup untuk berjalan sejauh itu apalagi jalannya menanjak.
Setelah istirahat sebentar, kami pun kembali melalui jalan yang tadi. Ternyata pulangnya lebih cepat, karena menurun. Lima belas menit kami sudah sampai di kolam pemancingan, petugas tadi memberikan makanan ternyata ikannya banyak dan ada ikan mas yang berukuran besar.
Pada saat sampai di bawah, pengunjung yang lain sudah pulang. Di dekat kolam renang yang berbentuk perahu, terdapat kolam yang berisi ikan lele. Pada saat diberi makanan, lelenya keluar dan ukurannya besar-besar.
Petugas tadi izin pamit karena mau memberi makan domba, tadinya kami ingin ikut tetapi ternyata lokasinya agak jauh. Kami pun mengucapkan terima kasih dan memberikan sedikit uang tip kepadanya.
Kami kembali ke kantin dan sudah ada penjaganya, kami memesan kopi dan pop mie. Saat suami membuka Hp, ternyata ada kabar saudara sepupu yang di Sumedang meninggal dunia sehingga kami pun bergegas pulang.
Wasana Kata
Perjalanan yang kami lakukan ke Cidahu, telah membawa kami ke tempat wisata Kampung Kumpul Curug Sawer Cikareo. Di sana kami bisa menikmati udara sejuk dan keindahan alam yang masih asri.
Penjelajahan ke kaki Gunung Salak kali ini sangat menarik, karena kami bisa melihat Gunung Salak dan Gunung Gede dari kejauhan, melewati sawah, perkebunan kelapa sawit, kebun penduduk serta bisa menikmati kesejukan dari Curug Sawer yang airnya sangat jernih.
Menikmati panorama alam yang indah, membuat pikiran menjadi jernih dan hati pun menjadi tenang. Semoga suatu saat kami bisa berkunjung kembali ke daerah sekitar kaki Gunung Salak, karena masih banyak air terjun lain yang belum dijelajahi.
Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.
#Tulisan ke-131 di tahun 2024
Cibadak, 30 Desember 2024
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H