"Pak... tolong kami!" ujar Haris sambil mengatur nafasnya.
"Ada apa, Nak? Kalian tampak ketakutan," tanya polisi yang bernama Bapak Sandi.
Kemudian Haris menceritakan kejadian yang mereka alami. Kedua polisi itu terkejut saat mengetahui mereka bertiga dari Sukabumi. Saat bercerita kepada kedua polisi itu, Haris tak melihat kedua preman yang mengejarnya.
"Ya sudah. Ayo Bapak antar kalian hingga stasiun kereta," ujar Pak Sandi sambil mengajak mereka naik mobil patrol. "Lain kali kalian harus didampingi oleh orang tua kalian ya. Apalagi Jakarta itu kota besar sementara kalian masih remaja."
Haris, Rendi dan Topan sangat berterima kasih kepada Pak Sandi yang sudah melepaskan mereka dari kejaran kedua preman itu.
"Kita mau kemana lagi Haris?" tanya Rendi dan Topan serempak.
"Kita kembali lagi ke Bogor. Kereta api dari stasiun Bogor ke Sukabumi berangkatnya pukul 19.30. Lebih baik menunggu di sana, daripada kita terlambat" jawab Haris.
Mereka pun kembali ke stasiun Bogor naik KRL, tiba di sana saat terdengar adzan magrib. Mereka salat terlebih dahulu dan mencari makan malam di sekitar stasiun. Setelah melakukan perjalanan, pukul 21.00 mereka tiba dengan selamat di rumah masing-masing.
Bagi Haris dan kedua sahabatnya, petualangan yang mereka lakukan ke Jakarta memberikan pengalaman yang berkesan karena baru pertama kali ketiganya pergi tanpa didampingi oleh orang tua.
Ketiganya merasa bersyukur karena selamat dari niat buruk preman- preman itu, tetapi mereka sepakat untuk tidak dulu menceritakan peristiwa yang tidak yang tidak menyenangkan itu kepada orang tuanya masing-masing. Â
#Tulisan ke-65 di tahun 2024
Cibadak, 17 Juli 2024
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana