"Izinkan ya, aku kan sudah besar. Aku sudah sering naik KRL dan bus way bersama paman, jadi sudah hafal rutenya. Bunda jangan khawatir deh," ujar Haris memohon.
Walaupun Haris memiliki perawakan yang tinggi besar, namun tetap saja Haris masih belum dewasa dan mandiri sehingga membuat ibunya merasa khawatir.
"Sebentar, Bunda tanya dulu sama ayah" jawab ibunya yang segera menelepon suaminya yang sedang berada bekerja di Bogor.
"Kata ayah boleh, besok beli tiket di mini market. Bunda akan berikan uangnya," ujar ibu Haris setelah selesai menelepon.
"Asyiiiik, aku berpetualang ke Jakarta!" teriak Haris bahagia. Haris segera menghubungi kedua sahabatnya untuk memberitahukan kabar bahagia itu.
Keesokan harinya sepulang sekolah, Haris, Rendi dan Topan membeli tiket kereta api di mini market. Mereka membeli tiket bersamaan, supaya mendapat tempat duduk yang berdekatan.
Saat keberangkatan, Haris diantar oleh Ayahnya hingga stasiun. Sebelum berangkat Ibu Haris membekali dengan serentetan pesan agar Haris berhati-hati selama di perjalanan dan selalu menyimpan tas yang dibawanya di bagian depan.
Haris dibekali Ibunya dua kartu elektronik yang sudah disi dengan saldo yang cukup. yang satu untuk Haris sedangkan yang satu sebagai cadangan seandainya temannya lupa bawa ataupun kehabisan saldo.
Pukul 05.30 Haris sudah tiba di stasiun kereta. Dia hanya melihat Topan sedangkan Rendi belum terlihat batang hidungnya. Kereta akan berangkat dari stasiun ini pukul 05.50, lima menit lagi kereta akan segera tiba dari stasiun sebelumnya.
"Si Rendi kok belum kelihatan batang hidungnya, padahal kereta sebentar lagi akan datang," ujar Haris dengan nada cemas.
"Iya, kalau si Rendi terlambat datangnya gimana nih?" tanya Topan.