Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Memiliki Teman Khayalan, Bagaimana Cara Orangtua Menyikapinya?

27 Februari 2022   07:11 Diperbarui: 27 Februari 2022   22:15 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Memiliki Teman Khayalan (sumber foto: shutterstock via Kompas.com)

Ayah dan bunda yang memiliki balita, pernahkah melihat ananda sering berbicara sendirian atau menceritakan seorang teman yang sebenarnya tidak ada? Bila mengalami seperti itu, kemungkinan besar ananda memiliki teman khayalan.

Saya pun pernah mengalaminya pada saat ananda berumur 3 tahun. Awalnya pada saat berkunjung ke rumah mertua di Cianjur, saat itu ananda sedang bermain peran seolah-olah sedang menelepon temannya menggunakan HP mainan.

 "Bunda, ada teman yang mau mengobrol, katanya nanti mau main ke sini", kata ananda sambil menyerahkan HP mainannya ke saya.

"Siapa nama temannya, dan sekarang ada dimana?", tanya saya sambil mengambil HP mainan dari tangan ananda.

 "Teman aku namanya Wili, sekarang ada di Bandung sama ayahnya, nanti kalau pulang katanya mau mampir ke sini", jawab ananda.

Kemudian saya pura-pura mengangkat telepon dan berkata kalau teleponnya sudah dimatikan oleh temannya tersebut.  "Tapi betul kok Bunda, Wili nanti mau main ke sini?", kata ananda.

"Iya, bunda percaya" jawab saya sambil menyerahkan kembali HP mainan ke ananda, walaupun sebenarnya saya merasa heran. Bahkan dalam hati timbul pertanyaan mulai kapan ananda mempunyai teman yang bernama Wili.

Sejak saat itu ananda sering menceritakan tentang temannya yang bernama Wili tersebut, bukan hanya ke saya dan suami termasuk kepada kakak ipar dan keponakan-keponakan apabila keluarga besar sedang berkumpul.  

Sekilas tentang Teman Khayalan

Dilansir dari alodokter teman hayalan merupakan sosok teman yang dibuat-buat oleh anak dalam imajinasinya. Sumbernya bisa berasal dari karakter film, kartun, atau buku cerita, tetapi bisa juga murni berasal dari pikiran anak itu sendiri.

Awal mengetahui ananda memiliki teman khayalan, terus terang saya dan suami kaget. Kami sempat mempunyai pikiran bahwa ananda diganggu oleh makhluk halus.

Kami berdua mencari referensi tentang teman khayalan dan mendiskusikannya, supaya kami tidak merasa khawatir dengan perkembangan ananda.

Ketika saya bekerja, ananda diasuh oleh adiknya bapak yang dipanggil dengan sebutan nenek, dan saya selalu berpesan jangan membiarkan ananda main sendirian.

Suami saya tidak selalu ada di rumah, karena sering bekerja ke luar daerah selama beberapa bulan. Apabila suami sedang di luar kota, maka pada malam hari saya hanya berdua dengan ananda. Karena nenek datang ke rumah pada saat pagi hari dan pulang setelah sholat ashar.

Pada saat pagi sebelum nenek datang ataupun pada saat akan melaksanakan sholat magrib, saya akan memanggil 2 keponakan yang masih duduk di SD untuk menjaga ananda sebentar. Saya mudah memanggil mereka, karena rumah kami berdekatan.

Saya dan suami terus memperhatikan perkembangan ananda dengan teman khayalannya tersebut. Ananda sering mengobrol dengan teman khayalnnya menggunakan Hp mainannya.

Obrolannya hanya sebatas menanyakan keberadaan Wili, kemudian ananda akan menceritakan kepada kami bahwa Wili sedang bepergian bersama orang tuanya.

Akhirnya saya dan suami menjadi terbiasa dan merasa tidak ada hal yang aneh atau yang perlu dikhawatirkan dengan diri ananda. Kami beranggapan bahwa teman khayalannya merupakan perwujudan dari imajinasinya.

Hal ini sesuai dengan hobi ananda yang senang bepergian naik bus, kisahnya pernah saya tulis di artikel sebelumnya yang berjudul "Bus Mania Cilik, Hobi Unik Anak Kami".

Manfaat Teman Khayalan terhadap Perkembangan Anak

Memiliki teman khayalan bisa memberikan manfaat terhadap tumbuh dan kembang anak, antara lain sebagai berikut:

Pertama membangun keterampilan anak dalam bersosialisasi. Ananda menceritakan teman khayalannya bukan hanya kepada saya dan suami tetapi kepada saudara.  

Sejak menikah, suami ikut saya ke Sukabumi sehingga tinggal berjauhan dengan saudara kandungnya. Karena ananda bawel menyebabkan kakak-kakak ipar dan keponakan senang menelepon dan mengajak ngobrol ananda.

Ananda bisa diajak mengobrol lama bila yang dibahas adalah tentang teman khayalannya dan juga tentang bus. Sejak kecil ananda merupakan tipe anak yang mudah bergaul.

Di lingkungan rumah, ananda memiliki banyak teman bermain. Pada saat mulai sekolah di TK, ananda mudah mengenal nama-nama temannya dan bisa bermain dengan siapa saja.  

Kedua meningkatkan kreativitas anak. Saya dan suami sering mengunduh video bus mania yang ada di You Tube dan disimpan di laptop. Ananda sering melihat video perjalanan tersebut, sehingga hafal beberapa nama kota-kota besar yang ada di Indonesia.  

Teman khayalannya tersebut sering diceritakan oleh ananda sedang jalan-jalan ke beberapa kota bersama dengan keluarganya.   

Ketiga memiliki kosa kata yang lebih baik. Ananda sudah lancar berbicara sejak berumur 2 tahun, dan senang apabila diajak mengobrol oleh siapa saja.

Pada saat ananda pura-pura menelepon teman khayalannya kemudian bercerita tentang aktivitas yang dilakukan oleh Wili kepada kami, kata-kata dan kalimat yang digunakannya bisa dimengerti dan tersusun dengan baik.

Bahkan kosa kata yang dimilikinya lebih banyak dari teman seumurannya. Apabila diberi pertanyaan maka ananda bisa menjawab dengan baik dan terkadang jawabannya di luar dugaan.

Keempat membantu anak mengelola konflik di sekitarnya. Dengan memiliki teman khayalan, seorang anak bisa mengelola emosi dengan baik sehingga akan membantunya menghadapi konflik yang terjadi dengan teman-temannya.

Ketika ananda bermain dengan temannya, saya sering melihat ananda meminjamkan mainan yang sedang dipegangnya dan lebih memilih mengambil kembali mainan yang lain sehingga bisa bermain bersama dengan temannya tersebut.

Sejak kecil ananda bukan tipe anak yang cengeng dan pengadu. Ketika ada masalah dengan temannya, saya tidak pernah ikut campur, dan membiarkan ananda untuk mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya.

Itulah beberapa manfaat bagi anak yang memiliki teman khayalan, yang saya rangkum dari beberapa sumber.

Cara Orang Tua Menyikapi Anak yang Memiliki Teman Khayalan 

Awalnya saya dan suami merasa khawatir dengan perkembangan ananda. Tetapi setelah mengetahui bahwa memiliki teman khayalan merupakan hal yang normal bagi anak, maka kami berdua menjadi tenang.

Ketika ananda bercerita tentang teman khayalannya, kami akan mendengarkan dengan baik dan menunjukkan sikap yang tertarik. Hal tersebut kami lakukan sebagai bentuk perhatian terhadap persahabatan yang dilakukan oleh ananda dengan teman khayalannya.

Sambil mendengarkan ananda bercerita, kami berusaha mengetahui hal-hal yang menjadi minat ananda bersama dengan teman khayalannya. Justru ketika bercerita tentang teman khayalannya, kami bisa menghabiskan waktu bersama lebih banyak dengan ananda.  

Ada beberapa hal yang harus dikhawatirkan oleh orang tua, apabila menemukan hal-hal berikut ini:

Pertama anak menjadi pendiam dan tidak mau bergaul dengan teman di dunia nyata serta sering mengobrol dengan teman khayalannya. Anak menjadi takut dengan teman khayalannya, atau mengeluhkan bahwa temannya tersebut tidak mau pergi dan selalu ingin bersamanya.

Kedua anak sering mengatakan disuruh melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak aman oleh teman khayalannya. Anak selalu menyalahkan teman khayalannya ketika melakukan sesuatu, misalnya pada saat memecahkan gelas.

Ketiga anak mengalami perubahan kebiasaan pada saat makan dan tidur ataupun menjadi bersikap kasar dan menjadi anak yang sukar diatur.  

Keempat anak masih memiliki teman khayalan setelah usia 12 tahun. Memiliki teman khayalan bagi seorang anak yang berumur 2,5 tahun merupakan hal yang normal, dan bisa bertahan sampai anak berusia 7 tahun.

Ananda pun berhenti menceritakan tentang teman khayalannya yaitu pada saat sudah masuk sekolah di TK pada usia 5 tahun. Mungkin karena sudah memiliki aktivitas yang lain, sehingga bisa melupakan teman khayalannya.

Apabila menemukan hal-hal tersebut di atas maka sebaiknya orang tua membawa buah hatinya untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog agar bisa dtangani dengan tepat.

Wasana Kata

Teman khayalan merupakan bentuk perwujudan dari pola pikir anak yang kreatif, kurang lebih ada sekitar 40% anak yang pernah memiliki teman khayalan saat masa kecilnya.

Memiliki teman khayalan bagi seorang anak merupakan hal yang normal selama tidak ditemukan hal-hal yang menghawatirkan atau berdampak buruk terhadap perkembangan seorang anak.

Saat ini ananda sudah menginjak remaja, dan duduk di SMP kelas 7. Apabila kami bertanya tentang Wili, maka ananda akan menjawab bahwa itu adalah teman masa lalunya saat masih kecil dan meminta saya untuk tidak membahasnya lagi.

Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat.

Cibadak, 27 Februari 2022

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Bahan bacaan

alodokter

kompas

orami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun