Pancasila dan agama saling terhubung. Keduanya bertali-temali, saling bertaut dan  berkelindan, seiring sejalan, dua sejoli abadi yang tidak terpisahkan. Jika ada yang mau berusaha memisahkan, mungkin itu ideologi lain yang cemburu dan bernafsu melenyapkan.
   Para pendidik mahfum bahwa pada jenis tes pilihan soal-soal yang menyajikan pilihan seperti "Pancasila atau Al Quran", "UU buatan manusia atau UU buatan Tuhan", "Soekarno atau Nabi Muhammad", jelas menunjukkan pembuat soal tidak punya ilmu pengetahuan yang cukup untuk membuat soal yang memenuhi kriteria standar sekalipun. Soal-soal semacam itu mengabaikan prinsip-prinsip penilaian seperti valid, objektif, adil, bermakna, mendidik, dan akuntabel.
   Hemat saya, tema yang lebih relevan untuk memperingati Hari Santri Nasional 2021 seperti (1) peran Islam dalam menegakkan Pancasila, (2) pesantren sebagai cikal bakal pendidikan Indonesia, (3) pemberantasan korupsi dalam sudut pandang Pancasila, dan (4) ideologi komunisme bertentangan dengan Pancasila. Saya rasa itu lebih baik daripada tema-tema yang tampak lebih cenderung mempertentangkan dan menyudutkan antara agama Islam dan lambang negara.
   Meskipun BPIP pada akhirnya meminta maaf dan mengganti tema sayembara, tema-tema semula yang diajukan menunjukkan makna tertentu. Apa yang tampak di luar sebagai deretan kata-kata, bagaimanapun mencerminkan itikad sesungguhnya--yang tidak tampak dan bersembunyi--di dalamnya.***
Bogor, 17 Agustus 2021
Artikel lainnya, "Ketika Pancasila dan Bahasa Indonesia Lenyap dari Kurikulum" pada tautan https://www.kompasiana.com/tatenggunadi4377/607bae8b8ede4838176f6372/ketika-pancasila-dan-bahasa-indonesia-lenyap-dari-kurikulum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H