Rindu ? Harapan?
Ini kisah Absurd yang entah ada ujungnya atau tidak, tapi semua akan bodoh atau rasional, tapi ya namanya hidup adalah pilihan dan tetap harus berjalan, Prof. Arsene wenger bilang “jangan kau hitung berapa kali kau terjatuh, tapi seberapa sering kau bangkit” kisah yang bisa membuat saya mengerti arti sebuah perjuangan yang sesungguhnya, hanya karena sebuah harapan pada cinta, karena dengan cinta kita bisa bodoh/ serendah tanah atau setinggi langit, lumayan observasi 60 hari memberikan sebuah ilmu yang setidaknya saya dapatkan selain ilmu formal saja :
1. Sungguh-sungguh mungkin sama dengan niat
2. Lupa diri, maksudnya skill yang kita punya terlupakan karena fokus si doi
3. Tidak sadar kita telah melupakan banyak waktu demi liat doi
4. Apa yang kita rencanakan ga sesuai harapan, skakmat !
Itulah beberapa ilmu yang didapat sementara, ya sekarang masih menjalani aja sampai dimana ujungnya, tapi yang pasti ga bertindak bodoh dong, oh iya basic sih fotografi tapi lumayan bisa juga berkarya lewat bahasa tulisan ga Cuma foto nikung ke ilmu lain sebentar, dan lumayan dapat satu karya tulisan :
Rindu Harapan
Apa yang terlihat tidak sama dengan harapan
Pada manusia hanya meminta harapan?
Terkadang itu malah menjadi beban
Pilu mengiringi disetiap nyanyian
Nyanyian, cacian, makian, selimuti seluruh badan
Terjerumus dalam lorong jalan
Ah, semua kujalani meski penuh pesakitan
Pernah kutemukan asa itu
Namun semua tidak menentu
1,2,3 ataukah semua palsu?
Ataukah karena aku tidak tahu?
Atau mungkinkah aku yang tidak tahu malu?
Akal ini sempat terkuci didalam lorong
Bagai raungan anjing yang menggong-gong
Terhujam dihati hingga terkapar
Bagai bambu runcing yang menancap
Konsentrasi yang penuh sabar
Kujalani meski merayap
Sehingga aku harus keluar
Dari lorong dan gorong-gorong
Aku lupa, Aku lupa
Kening ini untuk bersujud
Pada tanah yang dikuasai sabda
Diri-Nya pemberi agar semua terwujud
Disanalah kutempatkan semua asa
Karena ini adalah karunia
Cinta
Syukurku tiada tara
Akhirnya kutemukan cahaya
Mentari itu muncul saat tak berdaya
Dialah sang maha kuasa
Yang maha pemberi rasa
Aku malu melupakan-Nya
Yang sebelumnya pernah kulupa
Aku tak berdaya pada diri-Nya
Kuharus habiskan waktu pada diri-Nya
Selamat tinggal harapan
Harapan dari manusia yang palsu
Selamat tinggal kenangan
Kenangan yang membuat aku rindu
Terima kasih, atas sakit dikandung badan
Aku sayang pada-Mu
Aku sayang pada-Mu
Ternyata berkarya tidak melalui niat saja, tapi apa yang kita rasakan tuangkan, dan pastinya ada yang menjadi inspirasi,
- At keb. Lama, 05 March 2017, For : Bunga Tebu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H