Bahkan, seorang wanita pelacur diampuni dosanya oleh sebab empatinya pada binatang terlunta bernama anjing. Nabi berkisah, "Sesungguhnya seorang wanita pelacur melihat seekor anjing pada hari yang sangat terik yang mondar-mandir mengitari sumur sembari menjulurkan lidahnya karena begitu hausnya. Ia kemudian melepas sepatunya dan mengambil air dengannya lantas memberinya minum. Ia pun diampuni" (HR Muslim, 2.245).
Padahal, anjing adalah binatang yang tidak boleh dipelihara, kecuali untuk beberapa kepentingan yang diperbolehkan agama. Kata Nabi, "Barangsiapa memelihara anjing, akan dikurangi pahalanya setiap hari sebesar satu qirath, kecuali anjing untuk menjaga pertanian atau anjing penjaga ternak" (HR Al-Bukhari, 2.322 dan Muslim, 1.575).
Dalam riwayat lain, "Kecuali anjing penjaga tanah atau anjing pemburu" (HR Muslim, 1.574).
Beliau juga bersabda, "Sesungguhnya para malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar" (HR Ahmad, 16.369  dan Ibnu Majah, 3.650). Dihukumi shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, 1.963).
Bila menyantuni binatang najis semisal anjing mendapat pahala dan wanita pelacur tadi mendapat ampunan, sebaliknya, wanita yang menyiksa binatang juga mendapat azab karena hal itu. Rasulullah menuturkan, "Ada seorang wanita yang disiksa lantaran seekor kucing yang dikurungnya sampai mati, sehingga ia pun masuk neraka karenanya. Ketika mengurungnya, ia tidak memberinya makan, tidak pula memberinya minum. Ia juga tidak melepaskannya agar bisa memakan binatang melata" (HR Al-Bukhari, 3.482 dan Muslim, 2.242).
Bila pahala berbuat baik terhadap anjing yang aslinya binatang najis begitu besarnya, padahal kenal pun tidak, berjasa apalagi, bagaimana pula jika binatang itu adalah binatang-binatang yang kita rasakan langsung kemanfaatannya, alias jasanya? Bukankah tidak berperikehewanan memperlakukan binatang itu dengan cara yang menyakitkan?
Bila demikian besar perhatian Islam terhadap makhluk tak berakal, bagaimana pula terhadap manusia yang bekerja untuk kita? Para buruh, pekerja, dan rekan bertani kita? (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #35)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI