Ada beberapa alternatif dalam mewujudkan usaha bersama ini. Pertama, mendirikan sebuah pesantren untuk pengkaderan dai. Di sana ada donatur yang menyokong pembangunan fisik gedung, ada wali santri yang menyumbangkan biaya pendidikan anak, ada para ustaz yang mentransfer ilmu, dan pihak manajemen yang mengatur itu semua. Para alumni pesantren inilah yang kelak ditugaskan untuk menyebarkan Islam.
Opsi kedua, kirim anak-anak dhu'afa atau yatim yang cerdas untuk belajar agama di suatu  lembaga pendidikan, dalam atau luar negeri. Biaya pendidikan dan biaya hidup selama belajar ditanggung oleh donatur, baik perorangan, lembaga, maupun swadaya masyarakat. Dengan perjanjian bahwa kelak ia harus kembali untuk berdakwah di kampung halamannya, untuk mereplikasi dirinya, mencetak dai, membina masyarakat.
Pilihan ketiga, undang seorang ustaz yang bersedia berdakwah dan tinggal di desa. Selama mengabdikan diri di sana, biaya hidup ditanggung oleh penduduk desa, donatur perorangan, atau lembaga. Ia mendapatkan rumah berikut kecukupan hidup sehari-hari. Ialah yang akan menghidupkan masjid selaku imam dan pengasuh majelis taklim. Ke depan, diharapkan masyarakat tercerahkan. Dan, bila kegiatan ini sudah besar dan dikenal, tidak mustahil akan menjadi cikal bakal sebuah pesantren yang lantas menciptakan komunitas salihin, kampung santri, sentra pengkaderan, dan sebagainya.
Sekali lagi, lahan ini memang luas. Untuk menggarapnya, butuh sekian banyak kepala, butuh sekian banyak dana, butuh sekian banyak tenaga. Tatkala kepala-kepala, dana-dana, dan tenaga-tenaga ini bisa berkolaborasi untuk mengelola lahan akhirat, diharapkan masa memanen tidak terlalu lama. Moga masa itu tiba sebelum para kontributor dan kolaborator menutup mata. (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #34 dari 60) Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI