Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Belajar menulis. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pohon Wingit (Petani 2 Negeri #15 dari 60)

11 September 2024   05:31 Diperbarui: 19 September 2024   12:43 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau salah, wahai pria. Kau takkan bisa melakukannya".

Si pria terus berjalan hendak menebang pohon tersebut. Ia lantas berkelahi dan bergumul dengan setan itu. Setan berhasil menaklukkan si pria dan menundukkannya di atas tanah. Ia mencekiknya hingga nyaris membunuhnya.

"Tahukah kau siapa aku?" tanya setan.

"Tidak."

"Aku adalah setan," jawabnya. "Pertama kali kau datang, kau marah karena Allah sehingga aku tidak punya kekuatan menghentikanmu. Kau lantas kuperdayai dengan 2 dinar dan kau pun mengurungkan niat menebang pohon itu. Hari ini, ketika kau datang dengan kemarahan oleh sebab 2 dinar itu, aku berhasil mengalahkanmu" (Talbis Iblis, 1/30--31).

Ada mekanisme yang harus diperhatikan di sini agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat. Yakni, pelaku pengingkaran ini haruslah pihak yang berwenang, yaitu pemerintah. Lain lagi bila objek tersebut berada di wilayah pribadi kita. Inilah yang harusnya dilakukan pemerintah, menjaga keselamatan akidah warga.

Namun, akan lebih baik bila kemungkaran itu diatasi sendiri oleh mantan pelakunya, bekas pemujanya, setelah disadarkan dan diberi pencerahan atau perbuatannya yang menodai tauhid. Sebagaimana terjadi pada peristiwa Fathu Makkah, saat berhala-berhala di sekitar Ka'bah yang berjumlah 360 dihancurkan oleh bekas penyembahnya, kaum muslimin yang hanif. Beberapa berhala yang dulu diagung-agungkan penduduknya juga menemui nasib yang sama, luluh lantak oleh tangan mantan pengkultusnya.

Tentu saja melalui pemahaman akidah yang benar dan cara beribadah yang lurus. Melalui pendekatan religi, logika, dan sosial.

Mendakwahi masyarakat dengan prioritas tauhid, sebagaimana dipelopori para nabi, merupakan tugas besar kita. Membebaskan masyarakat dari keyakinan animisme, dinamisme, panteisme, paganisme, klenik, dan takhayul adalah gerakan pencerdasan yang membutuhkan waktu panjang. Perlu perjuangan yang gigih.

Itulah upaya menyelamatkan kepercayaan manusia. Memotong pohon yang katanya keramat, yang membahayakan masyarakat. Menebang pohon wingit dan menggantinya dengan pohon tauhid. (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #15 dari 60)    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun