Mohon tunggu...
Tasya Monica Pasaribu
Tasya Monica Pasaribu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Political Science Student University of Indonesia

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Media Sosial terhadap Partisipasi Politik Generasi Muda di Era Kontemporer Studi Kasus: Komparatif Politik di Negara Singapura dan Malaysia

26 Februari 2024   22:52 Diperbarui: 26 Februari 2024   22:58 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN 

Contextual Description 

Partisipasi politik merupakan salah satu indikator penentu dalam melihat bagaimana  kondisi sikap dan peran masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan politik. Terkait hal ini,  partisipasi politik bisa dipandang melalui faktor-faktor yang memengaruhinya, salah  satunya media sosial. Kehidupan di era globalisasi tidak dapat dipungkiri bahwa  masyarakat tidak bisa jauh dari teknullogi, dimana teknullogi dimanfaatkan untuk  mewujudkan kehidupan yang nyaman bagi masyarakat termasuk dalam hal partisipasi  politik. Dalam hal ini, media sosial dapat digunakan sebagai sarana yang dapat mendorong  masyarakat untuk lebih berpartisipasi secara aktif dengan memberi kontribusi dan feedback  secara terbuka. Selain itu, melalui media sosial masyarakat dapat membagi informasi dan  memberi responnya secara online dalam waktu yang cepat.  

Pengaruh media sosial dalam kehidupan masyarakat era kontemporer dapat dilihat  bagaimana suatu negara memanfaatkannya, seperti di Singapura dan Malaysia. Kedua  negara ini memiliki kesamaan yaitu dipimpin oleh Perdana Menteri. Singapura dan Malaysia adalah negara yang sama-sama berada di Asia Tenggara. Berdasarkan Economist  Intelligence Unit (EIU), Singapura adalah negara dengan akses internet paling inklusif di  Asia Tenggara. Singapura merupakan negara dengan fixed broadband internet tercepat di  dunia. Meskipun begitu, rata-rata penggunaan media sosial oleh masyarakat Singapura  khususnya generasi muda hanya 2 jam 13 menit per harinya. Singapura yang merupakan  salah satu negara paling berpengaruh di dunia ini cukup memberikan kebebasan bersosial  media, namun tetap dibatasi untuk isu-isu sensitif.  

Berbeda dengan Malaysia, Malaysia adalah negara dengan akses internet terinklusif  nomor dua di Asia Tenggara. Rata-rata penggunaan media sosial masyarakat Malaysia  khususnya generasi muda cukup berbeda yaitu 8 jam 6 menit per harinya. Malaysia negara  dengan sistem pemerintahan parlementer ini memiliki peraturan yang ketat terkait kebebasan bermedia sosial. Lebih lanjut, peneliti mencoba untuk menganalisa bagaimana  kebebasan bermedia sosial dapat memengaruhi partisipasi politik dari generasi muda di  negara Singapura dan Malaysia.  

Contextual Description Singapura 

Singapura adalah negara industri yang sangat maju di Asia Tenggara dan disebut  sebagai episentrum perdagangan dunia. Namun, sebagai negara maju, kondisi politik  di Singapura banyak dipertanyakan tentang demokrasinya. Pasalnya, Singapura mulai memberlakukan undang-undang yang dianggap kontroversial. Undang-undang ini  adalah tentang larangan penyebaran pernyataan palsu yang menurut pemerintah  bertentangan dengan kepentingan umum. Dianggap kontroversial karena pemerintah  memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengawasi masyarakatnya secara online,  dimana pemerintah bekerjasama dengan perusahaan aplikasi yang terenskripsi untuk  memata-matai warganya. Penerapan undang-undang ini dianggap menghambat  kebebasan masyarakatnya untuk berpendapat dan berpartisipasi dalam menyuarakan  suaranya karena diawasi setiap gerak-geriknya melalui aplikasi yang terenskripsi. 

Singapura adalah negara maju dan sangat modern. Namun, kehidupan di era  globalisasi yang tidak pernah luput dari media sosial termasuk dalam hal berpendapat  dan berpartisipasi, Singapura justru menghambat masyarakatnya melakukan hal  tersebut. Status Singapura sebagai negara demokrasi makin diperdebatkan karena  seharusnya lebih membiarkan masyarakatnya untuk berpendapat dan berpartisipasi  terkait masalah kepentingan nasional termasuk berpartisipasi dalam isu-isu politik  melalui media sosial. 

Contextual Description Malaysia 

Malaysia adalah negara kultural yang memiliki keunikan budaya di Asia Tenggara.  Malaysia adalah negara yang menganut sistem politik demokrasi parlementer.  Negara berkembang yang berambisi tinggi untuk mengubah statusnya menjadi negara  maju ini merupakan negara peringkat nomor satu dengan indeks demokrasi tertinggi  se-Asia Tenggara. Malaysia berhasil membangun kompromi demi kekuatan politik  dengan mempertahankan demokrasinya. Malaysia juga berhasil mengalahkan salah  satu negara industri yang berpengaruh di dunia yaitu Singapura dalam konteks  peringkat demokrasi.  

Dalam hal kebebasan berpendapat dan berpartisipasi, Malaysia mulai  mengalami peningkatan. Berpartisipasi dengan menyuarakan pendapatnya mengenai  kepentingan nasional merupakan hal yang penting dalam terselenggarakannya  negara. Malaysia cukup setuju terkait hal ini, terlebih dengan adanya kemajuan  teknullogi dan keberadaan media sosial sangat mempermudah proses partisipasi  politik masyarakatnya. Di Malaysia, media massa atau media sosial memiliki peran  penting dalam memajukan masyarakat, mengontrol, dan mendukung upaya  pemerintah dalam memajukan negara. Hal ini juga mendorong pemerintah untuk  menjamin kebebasan masyarakatnya dalam bermedia sosial. Pemerintah menjamin  tidak ada yang disembunyikan Kerajaan dalam penyaluran informasi demi  kepentingan dan pembangunan negara. Dalam mempertegas statement tersebut,  pemerintah mendukung partisipasi politik masyarakat melalui media sosial dengan  membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung dan menjamin kebebasan pers.  Pemerintah juga menganggap kebebasan bersuara masyarakatnya harus dijamin dan  bebas gangguan dari pihak manapun. Sehingga, fungsi media sosial sebagai wadah  yang menampung aspirasi rakyat dan kritik sosial, dapat dijalankan dengan benar. 

Pertanyaan Penelitian 

Bagaimana media sosial dapat mempengaruh partisipasi politik generasi muda di negara  Singapura dan Malaysia? 

Hypothesis Testing 

Untuk melakukan komparatif politik dengan konteks pengaruh media terhadap partisipasi  politik, peneliti mencoba mengkajinya dengan menghubungkan dua variabel yang relevan  dengan topik ini. Adapaun dua variabel tersebut, yaitu kaitan media sosial dengan partisipasi politik generasi muda dari kedua negara dan faktor-faktor lain yang  memengaruhi generasi muda dalam berpartisipasi. Melalui dua variabel tersebut, peneliti  mengajukan hipotesis uji sebagai berikut: 

Hipotesis Null (H0) = Penggunaan media sosial tidak memengaruhi secara  signifikan partisipasi politik generasi muda di Singapura dan Malaysia. 

Hipotesis Alternatif (H1) = Penggunaan media sosial memengaruhi secara  signifikan partisipasi politik generasi muda di Singapura dan Malaysia. 

KERANGKA TEORI 

Conceptual 

Teori Partisipasi Politik 

Menurut Miriam Budiarjo (2008), partisipasi politik adalah bentuk keterlibatan  seseorang atau kelompok orang dalam suatu kegiatan politik yang dapat  memengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak  langsung yang berpengaruh bagi kehidupan masyarakat suatu negara. Kajian utama  partisipasi politik adalah melihat usaha-usaha untuk memengaruhi alokasi nilai secara  otoritatif untuk masyarakat (the authoritative allocation of values for a society) dalam  bentuk tindakan-tindakan yang bertujuan untuk memengaruhi keputusan-keputusan  pemerintah. Setiap warga negara berhak berpartisipasi dalam kehidupan politik, tetapi  tingkat partisipasi dari setiap orang mungkin berbeda-beda10. Perbedaan ini akan  tergantung pada pengetahuan dan atau kesadaran tentang politik dari setiap warga  masyarakat.  

Bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Gabriel A. Almond dalam  Mas'oed dan MacAndrews (1993) dibagi menjadi dua yaitu partisipasi politik secara  konvensional dan partisipasi politik secara non-konvensional. Partisipasi politik  secara konvensional adalah bentuk partisipasi normal dalam demokrasi modern.  Contoh bentuk partisipasi ini, seperti diskusi politik, pembentukan dan penggabungan  organisasi politik, kampanye, pemberian suara, dan lainnya. Partisipasi politik secara  non- konvensional adalah bentuk partisipasi yang ilegal dan disertai kekerasan dan  revolusioner. Contoh bentuk partisipasi ini, seperti demonstrasi, mogok, pengajuan  petisi, konfrontasi, tindak kekerasan politik terhadap harta benda dan manusia, dan  lainnya.  

Selanjutnya, terdapat tiga faktor yang dapat memengaruhi partisipasi  politik. Pertama, faktor psikologis yang berkaitan dengan identifikasi individu atau  masyarakat terhadap suatu partai politik. Faktor ini juga termasuk ketertarikan  individu dalam membicarakan isu mengenai politik. Kedua, faktor ekonomi atau  rasional yang dipengaruhi oleh evaluasi atau pemikiran individu terkait kondisi  ekonomi dirinya, keluarga, serta nasional. Ketiga, faktor sosiologis yang termasuk aspek agama, pendidikan, tempat tinggal, usia, jenis kelamin, serta tingkat  ekonominya. 

Variable Description  

Media Sosial dan Partisipasi Politik Generasi Muda Singapura 

Di Singapura, media sosial dimanfaatkan sebagai cara baru untuk terlibat dalam  kegiatan politik oleh masyarakat, terlebih generasi muda. Kaum muda di Singapura  terbilang cukup aktif dalam berpartisipasi dan bertukar pikiran dengan menyuarakan  pendapatnya terkait isu-isu politik yang terjadi di negaranya melalui media sosial  dibandingkan orang-orang yang lebih tua. Kaum muda Singapura memanfaatkan  media sosial sebagai alat utama untuk menyebarkan dan berbagi informasi seputar  pemilu dan isu-isu politik lainnya. Partisipasi melalui media sosial dapat memberikan  pengaruh terhadap orang lain melalui artikel ataupun komentar yang ditulisnya.  

Namun, kebebasan berpartisipasi politik melalui media sosial cukup  dibatasi oleh Pemerintah. Pemerintah Singapura menegaskan kembali keberadaan  media massa maupun media sosial hanya sebatas untuk mendukung tujuan  pembangunan bangsa dan negara, bukan untuk mengawasi dan mengontrol  pemerintah. Pemerintah Singapura juga mempersempit ruang masyarakat dalam berpartisipasi politik melalui media sosial untuk mengawasi rakyatnya dengan  mengatur internet menggunakan aplikasi terenskripsi.  

Pembatasan untuk berpartisipasi politik sangat dirasakan oleh kaum muda.  Generasi muda yang memiliki pengetahuan yang lebih baik, minat yang lebih kuat,  dan self-efficacy yang tinggi ketika menggunakan media sosial merasa pemerintah  menganggap media sosial sebagai alat yang mengganggu dan dapat mengubah  ketergantungan antara struktur politik dan masyarakatnya. Hal ini juga memunculkan  anggapan bahwa partisipasi politik masyarakat di Singapura sangat dikendalikan oleh  pemerintah. Peluang masyarakat dalam berpatisipasi dan berpendapat melalui  konten-konten politik dinilai semakin ekslusif dan terhambat. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Singapura khususnya generasi muda menjadi acuh dan  bersikap apolitis terhadap pemerintah.  

Media Sosial dan Partisipasi Politik Generasi Muda Malaysia  

Di Malaysia, Pemerintah mengamandemen kebijakan tentang kebebasan bermedia  sosial, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian generasi muda dalam  berpartisipasi politik melalui media sosial. Kaum muda merupakan sebagian besar pengguna jejaring sosial di Malaysia yang menjadikan media sosial sebagai rutinitas  awal sebelum melakukan aktivitas lain sehari-harinya. Media sosial dimanfaatkan  tidak hanya untuk menghibur diri, tetapi juga untuk belajar, memperoleh pengetahuan  tentang kehidupan sehari-hari, berbagi dan mencari informasi, termasuk tentang isu isu politik. 

Kaum muda Malaysia dinilai cukup peduli mengenai apa yang ditampilkan  media sosial terkait dengan politik saat ini. Media sosial memudahkan kaum muda  dalam berpartisipasi politik karena terdapat interaktivitas dan daya tarik dari media  sosial. Namun, kaum muda di Malaysia cenderung menunjukkan sikap kurang tertarik  terhadap proses politik nyata di Negeri Jiran tersebut. Sebagian besar kaum muda  Malaysia menganggap pengetahuan politiknya hanya terbatas dalam media sosial  secara paradoks. Kebanyakan dari mereka tidak ingin mengaktualisasikan  pengetahuan politik yang mereka punya karena mengkhawatirkan hukuman pemerintah. Hal ini disebabkan oleh Universities and University Colleges Act pada  tahun 1971, dimana undang-undang tersebut membatasi hak mahasiswa untuk  berkumpul dan bergaul dengan kelompok politik dan mahasiswa yang menentangnya  akan mendapatkan tindakan disiplin. Meskipun, UU tersebut telah diamenden demi  menghargai hak mahasiswa dan melonggarkan ruang mahasiswa untuk berpolitik,  tren partisipasi politik kaum muda tetap mengalami penurunan.  

Faktor-Faktor Eksternal di Singapura 

Partisipasi politik generasi muda di Singapura tidak hanya dipengaruhi oleh  keberadaan media sosial. Kehidupan bersosialisasi juga menjadi salah satu  pengaruhnya. Sebagian besar kaum muda yang berpartisipasi politik secara offline  maupun online, secara signifikan dikorelasikan dengan kehidupan sosialisasi  politiknya yang terjalin dengan keluarga dan teman sebayanya. Melalui hubungan  keluarga, kekerabatan, dan pertemanan, kaum muda cenderung lebih sering berbagi  dan mendiskusikan isu-isu politik serta lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam  berbagai kegiatan politik.  

Namun, tidak sedikit juga kaum muda yang bersikap apolitis terhadap  kehidupan politik negaranya. Generasi muda sering dianggap sebagai digital native yang terbiasa menggunakan internet dan memiliki minat atau sikap politik yang lebih  kuat karena adanya kemudahan akses, kemudahan penggunaan, anonimitas, dan  persepsi keamanan platform online. Tetapi banyak dari mereka merasa puas dengan  kinerja pemerintah dan tidak ingin berpartisipasi dalm politik karena kebutuhan  materialnya terpenuhi. Mereka tidak tertarik dengan perkembangan politik negara dan  menunjukkan toleransi terhadap banyak kontrol sosial yang mendasar karena pemerintah sudah menyediakan dan memastikan kenyamanan material bagi kaum muda.  

Faktor-Faktor Eksternal di Malaysia 

Partisipasi politik generasi muda di Malaysia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,  seperti kehidupan sosial dan pendidikan. Isu-isu sosial-politik yang terjadi di sekitar  mereka, cenderung memotivasi untuk terlibat dalam proses politik. Latar belakang pendidikan juga menjadi faktor lain. Adanya kesadaran politik dan pemahaman tentang proses politik dapat meningkatkan minat dan keterlibatan generasi muda  dalam urusan politik. 

Seperti yang sudah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, partisipasi  politik kaum muda di Malaysia mengalamin tren penurunan karena ada faktor hukum  dan regulasi. Meskipun, UU tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan  ketertiban, nyatanya dapat memberikan batasan pada konten politik yang diunggah  atau dibagikan melalui media sosial oleh generasi muda. Selain itu, faktor kontrol  informasi yang dimiliki Malaysia juga dapat menghambat partisipasi politik generasi  muda.  

PEMBAHASAN 

Hasil Uji Hipotesis 

Berdasarkan hipotesis yang diajukan peneliti dalam studi komparatif politik untuk  mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh media sosial terhadap partisipasi politik generasi  muda, ditemukan bahwa hipotesis alternatif diterima dan hipotesi null ditolak. Peneliti menemukan bahwa teori partisipasi politik dapat menentukan bagaimana kondisi  partisipasi politik masyarakatnya. Dalam teori tersebut, terdapat faktor-faktor dari  berbagai bidang yang memengaruhi partisipasi politik masyarakatnya. Hal ini juga  ditemukan dalam kondisi partisipasi politik masyarakat khusunya di Singapura dan Malaysia.  

Dari variabel pertama, yaitu kaitan media sosial dengan partisipasi politik generasi  muda, dapat disimpulkan bahwa status negara tidak dapat menentukan dan menjamin  kondisi partisipasi politik. Seperti di Singapura, Singapura adalah negara maju dengan sistem demokrasi parlementer da merupakan negara industri, sebagian besar generasi  muda justru menunjukkan sikap apolitisnya terhadap kondisi politik yang terjadi. Mereka  memanfaatkan media sosial hanya untuk sekadar membaca dan mencari informasi tentang politik tetapi tidak diaktualisasikan secara nyata. Hal ini juga diperkuat dengan hubungan  sosialisasi kaum muda dengan orang disekitarnya, seperti keluarga, kerabat, dan teman.  Kaum muda di Singapura melakukan diskusi hanya terbatas dalam lingkungan di sekitarnya saja tanpa terlibat dalam aktivitas-aktivitas nyata politik.  

Di Malaysia, ruang generasi muda untuk berpartisipasi politik sebenarnya sudah  dibukakan lebar oleh Pemerintah, hal ini terkait dengan amandemen undang-undang yang  membatasi kaum muda untuk berpolitik menjadi dibukakan jalan untuk berpolitik. Pemerintah juga menjamin kebebasan pers terutama untuk menyebarkan informasi informasi seputar politik. Namun, kenyataannya banyak kaum muda yang tidak  memanfaatkan hal tersebut untuk terlibat dalam dunia politik. Mereka masih  menyangsikan kebebasan bermedia sosial dan masih terikat dengan kebiasaan yang lalu  untuk tidak terlalu terikat dalam dunia politik. 

Berdasarkan variabel kedua, yaitu faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi  partisipasi politik generasi muda melalui media sosial. Peneliti menemukan bahwa faktor faktor eksternal ini tidak hanya memengaruhi secara signifikan, tetapi juga dapat menghambat partisipasi politik generasi muda di kedua negara. Di Singapura, pendidikan  merupakan salah satu aspek utama dalam menjamin kehidupan masyarakatnya.  Pendidikan yang berkualitas dan pengetahuan politik yang diperoleh melalui sistem  pendidikan formal dapat memengaruhi partisipasi politik generasi muda di Singapura.  Dengan ketersedian sistem pendidikan yang baik, kebanyakan kaum muda di Singapura  merasa hal tersebut sudah cukup bagi mereka. Mereka merasa kinerja pemerintah sudah  cukup baik dalam menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini juga yang mendorong  kebanyakan kaum muda di Singapura lebih apolitis dan tidak ingin mencampuri urusan  politik di negaranya. 

Di Malaysia, kurang lebih sama dengan yang terjadi di Singapura. Kaum muda  Malaysia banyak yang kurang memanfaatkan keberadaan media sosial sebagai alat dalam  berpartisipasi politik. Namun, hal ini disertai dengan alasan yang berbeda. Sebagian besar  kaum muda Malaysia masih kurang menggunakan kekuatan mereka dalam berpolitik.  Mereka merasa hukum-hukum dan regulasi yang lama masih menjadi penghambat bagi  mereka dalam berpartisipasi terutama dalam politik.  

PENUTUP 

Prediksi 

Berdasarkan hasil analis hipotesis tentang studi komparatif antara negara Singapura dan  Malaysia terkait dengan pengaruh media sosial dalam partisipasi politik generasi muda,  dapat diprediksi bahwa media sosial merupakan sarana yang sangat penting dalam partisipasi politik kaum muda. Keberadaan faktor-faktor eksternal, seperti pendidikan,  hubungan sosialisasi politik, hukum dan regulasi, kepentingan material, juga memiliki  peran yang penting dalam berlangsungnya partisipasi politik generasi muda. Dengan melihat kecanggihan media sosial kian hari, Pemerintah Singapura dan Malaysia dapat  diprediksikan semakin memikirkan faktor-faktor eksternal tersebut. Hal ini dilakukan  untuk mempermudah masyarakat khusunya kaum muda dapat terlibat dalam dunia politik. Selain itu, Pemerintah Singapura dan Malaysia diperkirakan akan mengikutsertakan  generasi yang lebih muda dalam jajaran politik. Hal ini dilakukan juga untuk memikat  perhatian generasi muda lainnya dalam dunia politik. 

DAFTAR PUSTAKA 

Buku 

Abdulkarim, A., & Ratmaningsih, N. (none). Budaya politik, partisipasi politik dan demokrasi  sebagai sistem sosial politik Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.  

Budiardjo, M. (2008). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Mohtar Mas'oed. (1993). Komparatif Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 

Jurnal  

Abdullah, N. H., Hassan, I., Fazil Ahmad, M., Hassan, N. A., & Ismail, M. M. (2021). Social  media, youths and political participation in Malaysia: A review of literature. International  Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Forthcoming. 

Alam, S. (2021). Penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi politik. Avant Garde, 9(1), 67. Hong, Y., & Lin, T. T. (2017). The Impacts of political socialization on people's online and offline  political participation---Taking the youth of Singapore as an example. Advances in  Journalism and Communication, 5(01), 50. 

Muhamad, R., Ahmad, R., & Saputra, J. (2021). The Linkages between Social Media and Political  Participation among Malaysian Youth. Proceedings of the 11th Annual International  Conference on Industrial Engineering and Operations Management Singapore.  

Skoric, M., Pan, J., & Poor, N. (2012). Social media and citizen engagement in a city-state: a study  of Singapore. In Proceedings of the International AAAI Conference on Web and Social Media (Vol. 6, No. 5, pp. 42-47). 

Situs Web/Berita 

Howe, S. (2023). Social Media Statistics in Malaysia [Updated 2023]. Meltwater.com. Diakses  melalui https://www.meltwater.com/en/blog/social-media-statistics-malaysia.  Howe, S. (2023). Social Media Statistics in Singapore [Updated 2023]. Meltwater.com. Diakses  melalui https://www.meltwater.com/en/blog/social-media-statistics-singapore.  Lidwina, A. (2021). Akses Internet Singapura Paling Inklusif di Asia Tenggara. Katadata.co.id.  Diakses melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/04/akses-internet singapura-paling-inklusif-di-asia-tenggara. 

Putri, V. K. M. (2021). Partisipasi Politik: Pengertian, Teori, Faktor, dan Bentuknya. Kompas.com.  Diakses melalui https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/12/153000269/partisipasi politik--pengertian-teori-faktor-dan-bentuknya?page=all. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun