Laki-laki banyak dicari perusahaan besarÂ
Perkataan salah satu dosen ini masih melekat di kepala saya. Di satu sisi, saya bisa berkata bahwa hal ini adalah sebuah titik terang dalam kesetaraan dunia kerja karena rata- rata perbandingan lulusan Teknologi Pangan (2017-2021) antara laki-laki dan perempuan = 1 : 3,90 berdasarkan data PDPT Kemendikbudristek. Anggapan jurusan tersebut lebih cocok untuk perempuan karena berkaitan dengan memasak seakan sirna.
Sayangnya, fakta di dunia kerja berbanding terbalik. Data dari Badan Pusat Statistik mencatat perempuan hanya menyumbang 38,7% dari 1,3 juta pekerja di industri pangan. Semakin tinggi jabatan, semakin kecil pula representasi perempuan. Masih ada stereotipe bahwa perempuan, khususnya yang berasal dari kelompok marjinal, dianggap kurang memiliki kemampuan kepemimpinan.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat 15,6% pemilik usaha menengah dan besar adalah perempuan. Bisa dikatakan, perempuan lebih banyak terlibat dalam sektor informal dan UMKM dibandingkan usaha skala menengah dan besar. Persepsi masyarakat dimana tanggungjawab mendidik anak dan mengurus rumah tangga diserahkan sepihak kepada perempuan, juga menghambat impian jutaan perempuan Indonesia yang ingin berkarir di dunia Teknologi Pangan.
Hari Perempuan Internasional 2024 Menekankan Inklusivitas
Tema Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2024 adalah Inspire Inclusion. Mengutip website resmi perayaan tahunan ini, Inspire Inclusion berarti merayakan dan menekankan pentingnya keberagaman dan dukungan kepada setiap perempuan, tidak peduli latar belakangnya. Organisasi dan komunitas dapat meningkatkan inovasi dengan  perspektif yang kaya karena pengambilan keputusan mencakup keseluruhan lapisan masyarakat.
Tahun ini, Aliansi Perempuan Indonesia menyuarakan 3 tuntutan, yaitu: tegakkan demokrasi dan supremasi hukum, wujudkan kebijakan yang mendukung penghapusan kekerasan dan melindungi perempuan, serta tuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM Berat Masa Lalu dan berbagai pelanggaran HAM saat ini secara berkeadilan dan berpusat pada pemenuhan serta pemulihan hak-hak korban.
Melibatkan Perempuan dalam Tata Kelola Pangan Berkelanjutan
Pengelolaan pangan yang baik memperhatikan aspek lingkungan, meningkatkan taraf hidup dan produk yang dihasilkan berguna bagi masyarakat, serta efisiensi produksi. Untuk mencapai hal tersebut, memaksimalkan peran perempuan dapat diimplementasikan melalui beberapa langkah sebagai berikut:Â
1. Pemerintah menetapkan dan memfasilitasi dasar-dasar penerapan peraturan untuk mendukung suara perempuanÂ
Urgensi penetapan UU Anti Diskriminasi serta pencabutan peraturan yang merugikan perempuan seperti UU Cipta Kerja dan UU ITE perlu dilakukan. Penyuluhan tata cara dan ketersediaan fasilitas penerapan UU TPKS patut dijadikan agenda guna melindungi hak perempuan.Â
2. Peningkatan skill untuk pekerjaÂ
Perempuan juga bisa berkarya di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Dua cara yang dapat dilakukan adalah pelatihan di bidang teknologi dan mesin produksi serta sertifikasi seperti K3 dan Keamanan Pangan.Â
3. Pembinaan dan pelatihan untuk pengusaha perempuanÂ
Sudah banyak inkubator bisnis yang diselenggarakan oleh pihak swasta maupun universitas serta pendampingan pengurusan regulasi melalui badan pemerintahan atau swasta. BPOM menyediakan pembinaan untuk menyesuaikan persyaratan mendapatkan izin edar dan Good Manufacturing Process (GMP). Badan Standardisasi Nasional memiliki program SNI Bina UMKÂ yang dapat mendampingi UMKM dalam proses perbaikan produksi untuk mengurus SNI Produk (khususnya wajib) dan SNI Sistem Jaminan Mutu seperti HACCP dan ISO sehingga memenuhi kualifikasi ekspor.
4. Menjadikan komunitas pengusaha perempuan sebagai wadah untuk mentorship, tukar pikiran, dan support system
5. Organisasi dan komunitas aktif mengampanyekan secara daring maupun luringÂ
Edukasi kesetaraan kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin dan penemu di dunia teknologi pangan dengan mengajak masyarakat ikut serta perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) tentang isu ini.
6. Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat umum
- Ikut mengampanyekan melalui media sosial pribadi
- Membicarakan dengan orang yang ditemui
- Mengonsumsi makanan secara bertanggungjawab (tidak membuang makanan dan hemat penggunaan energi)
- Menempuh pendidikan dan atau pelatihan berkaitan teknologi pangan
- Membeli produk dari UMKM dan perusahaan yang dimiliki, dipimpin dan atau mempekerjakan perempuan.
5 Tokoh Perempuan di Bidang Teknologi Pangan
Kurangnya representasi perempuan bukan berarti nol prestasi. Banyak perempuan yang telah mengubah cara pandang manusia di bidang peternakan, pertanian, penelitian, produksi, dan mengonsumsi makanan. Berikut beberapa diantaranya:
1. Nunuk Nuraini
Peracik bumbu Indomie yang mengabdi selama 30 tahun. Tidak terhitung jasa beliau bagi masyarakat Indonesia dan dunia, khususnya untuk anak kos yang harus berhemat di akhir bulan, korban bencana, maupun mereka yang sekadar ingin masak mi tanpa repot.Â
2. Marie Maynard Daly, PhDÂ
Perempuan kulit hitam pertama di Amerika Serikat yang meraih gelar PhD. Beliau mempelajari asam nukleat, yang membantu penemuan DNA dan RNA. Penelitiannya yang paling terkenal adalah efek kolesterol pada tubuh manusia.Â
3. Temple Grandin, PhDÂ
Beliau merevolusi metode transportasi ternak ketika menyadari hewan ternak ragu untuk bergerak ke dekat bayangan dan objek asing, juga membantu pembuatan saluran berulir untuk membantu menggiring ternak.
4. Â Evangelina Villegas, PhDÂ
Perempuan pertama yang meraih penghargaan World Food Prize untuk pengembangan protein jagung berkualitas tinggi yang membantu mengurangi risiko gizi buruk di dunia. Quality Protein Maize (QPM) adalah tanaman yang ditemukannya bersama dengan Dr. Surinder Vasal dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan jagung biasa.
5. Â Ellen Swallow RichardsÂ
Perempuan pertama yang diterima Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan salah satu ahli kimia pertama di Amerika Serikat. Berkat bukunya yang berjudul Food Materials and Their Adulterations (1885), negara bagian Massachusetts menetapkan perundang-undangan pertama tentang pangan dan obat-obatan (Pure Food and Drug Act).
Beberapa Organisasi dan Komunitas Teknologi Pangan di Indonesia
Kesimpulan
Pemberdayaan perempuan dalam keseluruhan aspek kehidupan adalah satu-satunya cara untuk memastikan ekonomi yang stabil dan sejahtera, serta menjaga lingkungan agar tetap sehat untuk generasi selanjutnya. Pendidikan dan awareness memainkan peran penting dalam inklusivitas dan pemberdayaan perempuan. Melalui inisiatif seperti program mentorship, workshop, dan kampanye advokasi, memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berkembang. Perempuan bisa berdaya, menghadapi tantangan, dan mencapai potensinya secara penuh dengan dukungan, sumber daya, dan fasilitas yang memadai.
Masa depan makanan kita berada di tangan perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H