Kenakalan remaja adalah suatu perilaku remaja melanggar status, membahayakan diri sendiri, menimbulkan korban materi pada orang iain, dan perilaku menimbulkan korban fisik pada orang lain. Perilaku melanggar status merupakan perilaku dimana remaja suka melawan orang tua, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, bahkan sering kali berperilaku membahayakan diri sendiri. Pada dasarnya kenakalan remaja merupakan bentuk dari kekeliruan mereka dalam memproses informasi yang mereka dapatkan. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Para remaja dengan kegiatan-kegiatan yang akan mengantarkan mereka berpikir kritis mengenai persoalan-persoalan etika dan moral akan menginspirasi mereka untuk setia dan loyal dengan tindakan-tindakan etika dan moral. Mereka akan mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan perilaku etika dan moral tersebut dalam kegiatan sehari-hari atau sama halnya dengan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter
Pendidikan karakter yang populer diperbincangkan hari ini pada dasarnya sudah disemaikan dalam wacana dan pelaksanaan pendidikan baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan Indonesia. Pendidikan bukanlah sekedar transfer of knowledge dengan tujuan untuk mengasah kecerdasan kognitif, tetapi ia merupakan sarana penting untuk mengasah kecerdasan budi/karakter, karena membangun budi pekerti/karakter yang baik dan kokoh dapat mewujudkan kepribadian/karakter yang mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiat bengis, murka, pemarah, kikir, keras, dan tabiat buruk lainnya. Pendidikan karakter ini merupakan cara terbaik untuk menjamin setiap orang memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya, jika terjadinya kenakalan remaja itu menunjukan bahwa mereka tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya. Karakter seseorang akan menjadi baik apabila didasarkan dengan nilai-nilai moral dan etika yang berlaku dalam negara maupun agama. Tiga komponen penting yang menjadikan karakter yang baik, yaitu (knowing) atau pengetahuan tentang moral, (moral feeling) atau perasaan tentang moral, dan (moral action) atau perbuatan moral. Karakter yang baik akan muncul setelah ketiga komponen karakter tersebut bisa terpenuhi dalam diri setiap manusia.
Secara konseptual dan praktik, pendidikan karakter dapat kita pahami sebagai sebuah pendekatan untuk memperkenalkan standar etika dan moral tentang baik dan buruk. Sebagaimana dijelaskan oleh Megawangi bahwa pendidikan karakter merupakan sarana untuk menanamkan standar moral universal seperti sayang kepada sesama, berlaku jujur, menolong orang, dan bertanggung jawab (Megawangi, 2009). Senada dengan Lickona menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang direncanakan untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika dan moral. Artinya, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat ke arah pada kehidupan yang bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa (Lickona dkk., 2007).
Karakter atau tabiat adalah "kualitas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu obyek atau kejadian". karakter adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Ia disebabkan oleh pengaruh lingkungannya sendiri. Karakter hanya merupakan satu aspek dari kepribadian. Jadi, karakter adalah keseluruhan dari pada perasaan-perasaan dan hasrat yang telah terarah. Dengan demikian, karakter adalah sesuatu yang spesifik manusiawi. Binatang juga mempunyai perasaan dan hasrat, tetapi tak berkarakter. Karena binatang tidak berkehendak merdeka dan tidak menemukan sikap terhadap perasaan perasaan dan hasrat-hasrat.
 Karakter merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa pikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan difikirkan. Namun, kemudian melalui praktek terus menerus menjadi karakter. Nilai atau sikap yang secara sadar dimiliki oleh manusia yang dilaksanakan secara sadar akan kebutuhan menjadi manusia yang utuh dan dapat hidup bersama dalam lingkup hubungannya dengan tuhan, sesama manusia, alam sekitar, dan diri sendiri. Proses pembentukan nilai tersebut dapat didasari pada pengetahuan mengapa nilai itu dilaksanakan.
Karakter juga merupakan pondasi diri dengan mengedepankan nilai-nilai berakhlakul kariimah. Pembelajaran nilai akhlak dapat meliputi langkah informasi, pemberian contoh, latihan pembiasaan, umpan balik dan tindak lanjut. Metode terbaik untuk mengajarkan nilai akhlak kepada anak-anak adalah dengan contoh atau teladan dari semua pihak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat. Ketika anak-anak tidak memiliki hubungan dekat dengan orang tua mereka dan tidak mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, mereka akan menjadi lebih lemah dalam menghadapi tekanan dari teman-temannya.
Pendidikan karakter dengan nilai-nilai akhlak memang sangat diperlukan oleh seorang muslim terlebih generasi muda. Seorang muslim seharusnya semenjak dini haruslah diajarkan tentang pendidikan nilai-nilai akhlak, supaya mereka kelak bisa mengemban tugas serta tanggung jawab dengan baik yang akan dihadapinya di masa yang akan datang, serta sebagai bahan acuan bagi para remaja muslim dalam bertingkah laku sehari-hari, supaya mereka dapat mencapai keselamatan serta kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.
 Pola penanaman nilai akhlak menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Hal ini berkaitan dengan fenomena moral yang terjadi di tengah-tengah masyarakat maupun dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas, ketidakadilan, korupsi, kekerasan pada anak, penyelenggaraan HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Lingkungan Pendidikan Remaja
Pendidikan karakter dan akhlak remaja dapat diintegrasikan dengan pendidikan formal, nonformal dan informal sebagai bentuk pencegahan timbulnya kenakalan remaja. Pendidikan karakter ini merupakan upaya untuk mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab yang dibutuhkan remaja dalam menjalani kehidupan sosialnya tanpa merugikan lingkungannya dengan tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat. Pendidikan karakter bagi para remaja dapat menyaring informasi-- informasi yang tidak sesuai bagi mereka.