a. Q.S. Al-Kahfi Ayat 60-64, Mempunyai Semangat Yang Tinggi Dan tidak putus Asa
Dalam menuntut ilmu.
 Pada ayat 60-64 adalah mengisahkan tentang perjuangan nabi Musa As untuk mencari nabi Khidir As. Dalam Tafsir Mar Labd dikisahkan bahwa nabi Musa As meminta untuk ditemani oleh pembantunya yaitu Yusya ibnu Nun ibnu Ifrayim ibnu Yusuf As yang merupakan salah seorang pemuka kaum Bani Israil yang dihormati, disebutkan Fat karena selalu melayani nabi Musa As dan menjadi pembantunya. Syekh Nawawi al-Bantani menafsirkan dalam ayat tersebut mengisahkan tentang semangat nabi Musa As dalam perjalanan mencari nabi Khidir untuk menuntut ilmu kepadanya.
 Syekh Nawawi al-Bantani menafsirkan yaitu "aku tidak akan berhenti dari langkahku ini," hal tersebut menunjukan bahwa semangat nabi Musa As dalam menuntut ilmu sangat tinggi, dan beliau tidak putus asa dalam perjalanannya menemui nabi Khidir As untuk menuntut ilmu meski jarak yang ditempuh sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama.
Murid harus mempunyai semangat yang tinggi dan tidak putus asa dalam mencari ilmu, meski jarak yang ditempuh jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Ini adalah nilai yang terkandung dalam surat al-Kahfi ayat 60-64 yang menceritakan perjuangan Nabi Musa As untuk mencari Nabi Khidir As. Dalam tafsir al-Thabary dikisahkan bahwa Nabi Musa As meminta Yusya' bin Nun yang menjadi rekan perjalanan untuk membawakan makanan untuknya, karena benar- benar lelah usai menjalani perjalanan jauh dalam mencari Nabi Khidir As.
b. Q.S. Al-Kahfi Ayat 65-66, bersikap sopan dan berbaik sangka kepada guru
Ketika nabi Musa As meminta izin kepada nabi Khidir As untuk mengikutinya agar Khidir As mengajarkan ilmu kepadanya. Dalam Tafsir Mar Labd kemudian dijelaskan bahwasanya jawaban Khidir As pada saat itu adalah "Cukuplah bagimu kitab Taurat sebagai ilmu dan bagi kaum Bani Israil, lupakanlah yang lainnya." Musa berkata, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkannya kepadaku."Â
Maka saat itu terjadilah perdebatan kecil antara nabi Musa As dan nabi Khidir As yang mengklaim bahwa nabi Musa As tidak akan mampu bersabar dalam mengikutinya, namun nabi Musa As meyakinkannya bahwasanya dia mampu untuk bersabar dalam mengikutinya, setelah perdebatan kecil itu akhirnya nabi Khidir As mengijinkan nabi Musa As untuk mengikutinya dengan syarat tidak boleh bertanya tentang apapun yang dilihat oleh nabi Musa As sampai Khidir AS yang akan menjelaskannya sendiri, kemudian nabi Musa As menyetujuinya, pada saat itulah awal perjalanan nabi Musa As mengikuti nabi Khidir As untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwa Musa As yang merupakan seorang nabi namun berendah hati dihadapan Khidir As sebagai gurunya, dengan sikap yang sopan dan bahasa yang indah serta nada suara yang lembut beliau berbicara kepada Khidir As meminta izin untuk mengikutinya agar Musa As bisa mendapatkan ilmu yang belum diketahuinya. Untuk itu kita sebagai seorang pelajar hendaknya bersikap sopan dan rendah hati kepada guru agar menciptakan interaksi yang baik antara guru dan murid.
Seorang murid harus bersikap sopan kepada gurunya, dalam cerita tersebut tergambarkan ketika Nabi Musa meminta izin untuk mengikuti (baca: belajar) kepada Nabi Khidir As. Menurut al-Thabary kata 'abdan min 'ibadina pada ayat 65 merujuk kepada Nabi Khidir As. Ayat selanjutnya menceritakan bagaimana Musa As kemudian mendatangi khidir seraya mengatakan keinginannya untuk berguru kepada Nabi Khidir.
c. Qs. Al-Kahfi Ayat 67-68, Tidak Mudah Tersinggung
Arti dari Q.S. Al-Kahfi ayat 67-68 adalah "Dia menjawab, "Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku. Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?". Syekh Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah bagaimana kamu akan dapat bersabar, sedangkan kamu tidak mengetahui ilmunya yakni ilmu yang belum pernah kamu ketahui keterangan dan hikmahnya, yaitu ilmu kasyaf, sedangkan kamu berada dalam ilmu yang tidak aku ketahui yaitu ilmu lahiriah atau ilmu syariat.
Dapat disimpulkan bahwa ketika guru melakukan sesuatu yang terlihat melemahkan murid, seperti nabi Khidir yang mengklaim bahwa nabi Musa As tidak akan mampu bersabar bersamanya, hal itu disebabkan karena guru (Khidir) lebih mengetahui suatu perkara dibandingkan muridnya (Musa).Â