Mohon tunggu...
Tasyah Wahyuni
Tasyah Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang

Saya hobi menulis dan membaca buku, genre yang saya sukai adalah Self Improvement.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika dan Moralitas Menuntut Ilmu: Kajian QS. Al-Kahfi Ayat 60-82

13 Desember 2023   21:26 Diperbarui: 13 Desember 2023   22:15 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, secara terminologi, etika menurut Magnis Suseno merupakan bentuk usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Dalam perspektif Islam, ukuran etis (kebaikan dan keburukan) bersifat mutlak, yaitu berdasarkan pedoman dalil al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad Saw. 

Maka, etika Islam dapat dikatakann merupakan sebuah doktrin etis yang berdasarkan dengan ajaran-ajaran agama yang ajaran primernya diambil dari al-Qur'an dan sunnah yang di dalamnya terdapat nilai- nilai terpuji (mahmudah) seperti: berlaku jujur (shidq), berbuat baik kepada kedua orang tua (birru al-walidain), memelihara kesucian diri (al-iffah), dan lain sebagainya.

2. Pentingnya Etika Pada Menuntut Ilmu Dalam Islam

Dalam QS. al-Baqarah ayat 30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk manusia, bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan, langsung mendapatkan pelajaran tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan kepada kita, bahwa Islam adalah agama ilmu pengetahuan, di mana kita semua mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran kita yang merupakan anugerah Allah yang luar biasa. 

Ilmu yang ada membuat manusia lebih baik. Dengan ilmu manusia dapat mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia mendapatkan kesenangan. Kombinasi keduanya membuat hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu sangat berperan dalam kehidupan manusia, maka bekali diri kita dengan ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya.

Al-Qur'an telah berkali-kali menjelaskan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Menuntut ilmu dan memiliki pengetahuan sangat penting bagi semua manusia. Melalui menuntut ilmu, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan Menuntut seseorang menjadi berwawasan luas. Dan melalui pembelajaran, seseorang dapat membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah, dapat dilakukan dan tidak mungkin. 

Dalam Fikih Tafsir yang ditulis oleh Al-Qaradawi (2001) menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu haruslah menghormati guru dan bersopan santun terhadapnya. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad bin Ubbadah bin Ash- Shamith, "Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan mengakui orang yang berilmu diantara kita." Islam meletakkan ilmu sebagai asas dalam pembangunan diri manusia dan alam seluruhnya. 

Di dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan, yaitu adab menuntut ilmu. Adab menuntut ilmu ini adalah sangat penting untuk menjamin kualitas ilmu yang dipelajarinya. Karena antara menuntut ilmu yang berkesan ialah dengan keridhaan dari gurunya. Adab-adab ilmu bukan seperti adab-adab yang lainnya dari segi membuahkan hasil, namun ia memiliki tatacaranya yang tersendiri yang mesti diketahui oleh penuntut-penuntutnya dan dijadikan pakaiannya sepanjang hayatnya. Inilah hiasan sejati yang tidak boleh lekang dan ditanggal selama-lamanya.

3. Refleksi Etika Menuntut Ilmu Menuntut Ilmu Melalui Q.S. Al-Kahfi 60-82

Di dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan, yaitu adab menuntut ilmu. Adab menuntut ilmu ini adalah sangat penting untuk menjamin kualitas ilmu yang dipelajarinya. Karena antara menuntut ilmu yang berkesan ialah dengan keridhaan dari gurunya.

Kisah ini bermula pada suatu hari nabi Musa As, berpidato di tengah-tengah bani Israil dalam pidatonya beliau ditanya "siapakah orang yang paling berilmu?" kemudian beliau menjawab "saya", dengan jawaban tersebut beliau mendapat peringatan dari Allah bahwa ada yang lebih berilmu dari padanya yaitu nabi Khidir As. Kemudian nabi Musa As menanyakan keberadaan Nabi Khidir As, dan Allah Swt tidak memberi tahu tempat nabi Khidir As secara jelas melainkan dengan sebuah isyarat yaitu ketika hendak berangkat Nabi Musa diperintahkan untuk membawa ikan asin yang kemudian dipertemuan dua laut, ikan tersebut bisa hidup kembali maka disitulah tempat nabi Khidir As.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun