Mohon tunggu...
Taslim Batubara
Taslim Batubara Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Seumur Hidup

Hidup cuma sekali, maka hidup harus berarti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khalifah Al-Ma'mun: Sang Revolusioner Ilmu Pengetahuan Islam

8 Juni 2020   09:39 Diperbarui: 8 Juni 2020   11:32 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Al-Ma'mun menggelontorkan dana yang cukup besar kepada Baitul Hikmah. Dana ini, sebagian besar diambil dari kas negara yang dikeluarkan oleh Baitulmal. Sebagai ilustrasi, dana riset yang dikeluarkan al-Ma'mun setara dua kali lipat dana Medical Research Centre (lembaga penelitian milik Inggris). Selain itu, perbandingan gaji para ilmuwan yang bekerja di Baitul Hikmah saat itu, setara dengan gaji atlet profesional saat ini, seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Tidak aneh kalau Baitul Hikmah menjadi pilar kemajuan peradaban Islam saat itu. Inilah institusionalisasi perintah Iqra' dalam al-Qur'an.

Perhatian luar biasa yang diberikan al-Ma'mun, membuat para ilmuwan banyak menghasilkan karya-karya yang luar biasa, diantaranya: Kitab Canun Fi'l Tib karya Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Kitab Al-Jabr Wa'l Maakala karya al-Khawarizmi dalam bidang matematika, Kitab al-Masalik karya Ibnu Khardazabah dalam bidang geografi, Jabir bin Hayyan dalam bidang kimia, Muhammad al-Biruni yang menemukan teori bumi berputar pada porosnya dalam bidang fisika. 

Yang paling membanggakan, seorang Kristiani bernama Hunain bin Ashaq, telah banyak menerjemahkan karya-karya dari Aristoteles, Plato, Hippocrates, dan Galen. Kemudian karyanya ini, menyebar sampai ke Eropa melalui Sisilia dan Spanyol, yang membuat banyak perubahan dalam ilmu pengetahuan di Eropa.

Al-Ma'mun berhasil merubah Baitul Hikmah menjadi sebuah pusat pengkajian dan penerjemahan yang sangat maju. Ia kemudian juga mendirikan sebuah lembaga penelitian bernama Majlis Munadharah. Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan, pertukaran ilmu dan keterbukaan pola pikir, menjadi kunci utama kemajuan ilmu pengetahuan pada masa al-Ma'mun. Ketiga hal tersebut yang saat ini tidak dimiliki oleh umat Islam, yang membuat kita kalah jauh dibandingkan dengan Eropa. 

Terakhir sebagai perbandingan, dari 1,6 miliar umat Islam yang ada di seluruh dunia, kita hanya bisa menghasilkan dua orang Muslim sebagai pemenang nobel. Hal ini berbanding terbalik dengan umat Yahudi, yang jumlahnya hanya sepersepuluh umat Islam, namun telah mengahasilan 79 orang pemenang nobel dalam bidang sains.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun