Mohon tunggu...
Taslim Batubara
Taslim Batubara Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Seumur Hidup

Hidup cuma sekali, maka hidup harus berarti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relevansi Pemikiran Syeikh Nawawi Al-Bantani terhadap Gagasan Islam Nusantara

19 Februari 2019   13:31 Diperbarui: 19 Februari 2019   13:38 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Nawawi berpendapat  bahwa praktik tawasul (ziarah kubur) dibolehkan namun tetap sesuai Al-Quran dan Hadits. Semasa hidupnya Nawawi pernah menolak paham yang dianut oleh Kerajaan Arab Saudi ketika itu, yaitu paham Wahabisme. Paham ini melarang praktik-praktik ziarah kubur dan praktik lainnya yang mereka anggap Bid'ah.

Pemahaman Nawawi tentang ziarah kubur inilah yang terus dipertahankan oleh ulama Nusantara dan dilestarikan oleh umat Islam yang ada di Indonesia. 

Sampai saat ini hampir di seluruh wilayah Indonesia praktik ziarah kubur masih terus dilakukan terutama ketika mendekati bulan Ramadhan. Menurut Nawawi, ziarah kubur berguna agar masyarakat mengingat kematian dan akhirat.

Pemikiran Nawawi inilah yang kemudian mengilhami para ulama Nusantara untuk membentuk sebuah komite yang dikenal dengan nama Komite Hijaz. 

Wahab Hasbullah sebagai ketua komite tersebut menjumpai Raja Arab Saudi, Ibnu Saud untuk menyampaikan beberapa aspirasi terkait pemahaman dan tradisi keislaman yang dipedomani oleh umat Islam asal Nusantara. Komite Hijaz inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya organisasi Islam terbesar di Nusantara yaitu Nahdlatul Ulama.

Dalam hal lain, Pemikiran Nawawi mengenai nasionalisme dimodifikasi oleh Hasyim Asyari menjadi sebuah fatwa yang sangat terkenal sampai hari ini yaitu "Hubbul Wathon Minal Iman" (cinta tanah air sebagian dari iman). 

Dengan keluarnya fatwa tersebut, bangsa Indonesia khusunya umat Islam dengan semangat jihad yang tinggi berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang ingin direbut kembali oleh Belanda.

Dalam ilmu kalam atau teologi, Syekh Nawawi Al Bantani dalam beberapa tulisannya mengakui  bahwa dirinya mengikuti Imam Abu Hasan Asy'ari dan Imam Abu Manshur Al Maturidi. Sebagai penganut Asyariyah, Syekh Nawawi Al Bantani memperlkenalkan konsep sifat-sifat Allah, yaitu wajib, mustahil, dan Mumkin.

Gagasan Nawawi tersebut kemudian di terjemahkan oleh ulama nusantara dengan menghidupkan pemahaman Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja). Sebenarnya pemahaman ini sudah di ajarkan oleh para ulama salaf generasi sahabat dan tabi'in yang muncul untuk menghindari kekacauan sekaligus tetap menjaga Sunnah Rasulullah.

Dalam buku Islam Nusantara karangan Ahmad Baso, ulama Nusantara menterjemahkan Aswaja dalam dua pengertian: disiplin ketat mengikuti Sunnah Rasulullah dan dukungan mayoritas masyarakat. 

Dengan demikian, pemahaman Aswaja dan Islam Nusantara tidak akan hidup tanpa ada dukungan masyarakat yang mengamalkannya. Pemahaman seperti inilah yang masih dipertahankan oleh ulama-ulama Islam Nusantara hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun