Lalu, Â jika partai politik tidak menjalankan pengkaderan dan pendidikan politik maka pimpinan partai politik tersebut sedang membohongi negara dan membodohi rakyat. Prilaku ini adalah prilaku pengkhianatan terhadap konstitusi negara bahkan tidak berbeda dengan teroris karena mengancam pembodohan rakyat.
Lantas bagaimana dengan partai politik yang mengabaikan suara cabangnya di daerah?
Tentu saja kredibilitas pimpinan partai politik di pusat tidak becus dalam pengelolaan partai politiknya. Karena suara cabang pimpinan partai politiknya tidak digubris apalagi suara rakyat, sudah pasti mereka mengabaikannya. Hal ini adalah indikator berlakunya sistem kepemimpinan demokratis atau tidak dalam partai tersebut. Tentu partai politik yang benar akan memelihara dan merawat kepercayaan pimpinan cabang dan rakyat melalui cabangnya tersebut, Â karena rakyat tidak mengetahui kondisi perlakuan pimpinan diatas maka rakyat pendukung menyerahkan kepada pimpinan cabang partai.
Karena pemeliharan kepercayaan maka dikenal dengan Mosi Tidak Percaya dalam organisasi politik. Â Kalau pimpinan mendapat mosi tidak percaya dari cabang-cabangnya apalagi melebihi 50 persen maka kepercayaan pimpinan tersebut dinyatakan sudah hilang. Artinya pimpinan tersebut dalam prilaku dan tindak-tanduknya tidak dipercaya bawahannya dalam organisasi.
Jika kondisi ini terjadi pada suatu partai politik maka berhentilah membuat hubungan dengan ketua yang di mosi tersebut. Â Jikapun pimpinan partainya di pusat bersikeras mempertahankannya maka sama dengan pimpinan pusat tersebut telah melecehkan pimpinan cabangnya. Pemahaman ini sebagai indikator bahwa partai politik bersangkutan tidak becus mengurus rakyat dan menampung aspirasi cabang dan kadernya apalagi aspirasi rakyat. Â Tentu saja mereka lebih mengutamakan kekuasaan kelompoknya dan anggotanya walaupun tidak mampu menjalankan tugas dalam hal pemenuhan aspirasi rakyat.
Oleh karena itu partai yang mengabaikan aspirasi cabang partainya juga salah satu partai yang tidak pantas dipilih dan di dukung rakyat pada pemilu. Bukankah mereka ramai? Bisa saja mereka ramai karena sistem pimpinan kamu plase atau lips servise. Ketika ada pemantauan mareka diramaikan dengan kehadiran orang-orang yang sebenarnya tidak paham tentang politik tetapi karena kehadiran pejabat dari pusat dengan sendirinya akan menjadi ramai karena rakyat biasapun beranimo yang sama dalam kecenderungan sosial.
Apalagi di negara ketiga di negara majupun masih juga kita menyaksikan fenomena kehadiran pejabat pemerintah atau pejabat tinggi partai di pusat masih di ramaikan disambut dan disanjung setinggi langit.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H