Dimana-mana dalam hukum pemberontak yang berkuasa akan terjadi manajemen pemerintahan yang menempatkan orang bermental otoriter sebagai pemimpin. Mereka hanya mencari orang yang pintar dan pandai mengambil hati sebagai pembantunya. Ditengah jalan jika terjadi pertentangan atau masukan, fitnah, tentu mereka yang pintar diganti, karena ego atasan yang tidak paham, selanjutnya mereka digantikan dan sudah pasti berkontra dengan yang sebelumnya dalam membuat perubahan dan mencari nama dan ego lebih pintar. Berikutnya kejadian yang sama berulang, dan mereka yang ikut untuk mempertahankan posisinya sebahagian besar berkasus dalam pemerintahan dan berakhir dipenjara.
Dalam politik juga akan berkecenderungan tidak jauh berbeda, politisi terpaksa mengikuti arus dan mereka yang melawan arus akan terpental atau mereka yang memiliki nurani akan beristirahat karena tidak ingin memaksakan kehendaknya ditengah kehidupan sosial yang abnormal. Justru karena itu masyarakat semakin terpuruk dalam berbagai sisi kehidupannya.
Oleh karena itulah daerah juga akan ikut terpuruk dalam kemiskinan yang sulit untuk bangkit. Jika ingin bangkit maka harus dilakukan perubahan fundamental dalam sistem kehidupan sosialnya dan masyarakat harus berkesadaran mencari pemimpin yang memiliki ilmu dalam kepemimpinan politik dan sosial bukan sekedar vokal dan bersuara lantang yang emosi tanpa paham substansi, bukan juga masyarakat mencari Tuan yang banyak uang sebagaimana Bandar.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H