Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maulid di Aceh, Pemimpin dan Kehidupan Rakyat yang Susah

21 November 2021   15:49 Diperbarui: 21 November 2021   15:53 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika kita melihat kebelakang dimasa lalu kehidupan masyarakat Aceh pernah dijalani dengan cara-cara tersebut. Dimasa lalu masyarakat Aceh yang hidupnya bertani,  berkebun, melaut, berdagang dan bertukang,  tentu mereka memiliki pendapatan diberbagai profesinya. Tetapi dijaman ini kehidupan masyarakat  Aceh dipengaruhi dengan profesi lain, misalnya daya tarik yang besar dalam bidang politik dan pemerintahan yang intinya mendapat pendapatan dari uang negara telah menyebabkan degradasi dalam produktifitasnya, sehingga ketahanan masyarakat dalam politik dan ekonomi semakin lemah. Tidak hanya sebatas itu, sekaligus telah terjadi pergeseran nilai dalam kehidupan sehari-hari,  dimana mereka yang bekerja sebagai abdi negara justru memiliki taraf hidup yang dianggap bergengsi bahkan mendapat kemudahan dalam memperoleh fasilitas negara dan berdampak terhadap kekayaannya.  

Sementara kebersamaan dalam sistem hidupnya juga semakin terdegarasi ke level yang paling rendah, karena sikut, intrik dan saling menjadi kanibal akan terbuka begitu lebar dalam kompetisi dibidang politik dan pemerintahan yang dengan sendirinya akan membangun karakter masyarakat di wilayah tersebut.

Pergeseran nilai dalam hidup masyarakat sesungguhnya juga telah mendorong terjadi pergeseran substansi dari peringatan maulid nabi.  Jika masa-masa sebelumnya acara tersebut mampu menyuguhkan perbaikan moral dan mental bagi warga masyarakat yang sungguh-sungguh mengikutinya.  Namun di masa kini bisa saja kita temui kebanyakan orang hanya memenuhi tuntutan yang diharuskan oleh kecenderungan budaya. Mereka tidak menjadikan maulid tersebut sebagai bentuk tambahan ibadahnya. Bahkan menggunakan momentum tersebut untuk menunjukkan kredibilitas dirinya sebagai orang yang berada.

Perubahan cara pandang ini sudah sewajarnya memdapat evaluasi terhadap suatu budaya, ia perlu dikembalikan ke esensi yang sesungguhnya atau diubah dengan pola kegiatan yang disesuaikan dengan perubahan itu sendiri sehingga target yang ingin dicapai justru bertolak belakang dari harapan membangun masyarakat di daerah tersebut.

Jika anda menanyakan, kenapa pergeseran nilai semakin jauh, tentu saja pemimpin daerah yang begitu dangkal dalam pemahaman  kehidupan rakyat. Mereka lebih banyak terikat dengan keharusan memenuhi standar tugas pemerintahan dan politik dalam laporan seperti ketundukan dalam pemerintahan serta lobby ke atas bahkan pijak ke bawah.  Sehingga target pembangunan rakyat yang sesungguhnya telah bergeser secara jauh.  

Jika kita perhatikan secara seksama pemimpin dijaman ini lebih banyak yang memanfaatkan jabatannya untuk berbisnis dan menghasilkan uang yang banyak untuk mempertahankan stabilitasnya yang establis dimata rakyat. Sehingga kepemimpinan mereka menjadi kering kerontang dalam nilai membangun mental dan moralitas rakyatnya.  Mereka tidak menjadi tauladan sebagaimana kriteria pemimpin yang sesungguhnya. Ilustrasinya jabatan tersebut hanya sebagai pabrik industri yang ukurannya seberapa banyak mereka memproduksi Rupiah.

Demi memperbaiki standar hidup yang lebih baik dari kondisi kekinian, dimana masyarakat yang melarat dan kesusahan maka segenap budaya dan sistem hidup yang boros sudah saatnya dievaluasi dan mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada sekedar jabatan pemerintahan yang terkesan dewanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun