Keenam, Kalangan tua ini akan lebih dihormati oleh pemimpin negara lain, meski lebih bodoh dan kekurangan lain. Dengan kelebihan itu juga bisa dimanfaatkan oleh anak bangsa untuk kredibelitas pemimpinnya.
Ketujuh, Kalangan tua dalam menggunakan fasilitas negara sudah pasti lebih irit, mereka tidak perlu terlalu bermewah-mewah, cukup sederhana saja dan ini dapat mengilustrasikan kehidupan bangsa Indonesia secara baik serta akan menjadi kebijakan publik yang cenderung diikuti oleh rakyat.
Berikutnya, hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengurangi masa jabatan presiden dan wakil dari lima tahun menjadi empat tahun. Karena lima tahun itu lama untuk periode kepemimpinan, sehingga dapat memicu timbulnya kekuasaan absolut.
Empat tahun, dapat menjadi daya ungkit produktiftas pemimpin karena mereka perlu menunjukkan prestasi dan kerjanya untuk dipilih kembali. Soal pekerjaan pasangan presiden sangat bergantung pada pemahaman rakyat dan kemampuan pemerintah itu sendiri dalam mendidik rakyatnya.
Karena keberhasilan memimpin negara dan daerah, bukan dengan menunjukkan jalan, jembatan, gedung dan kantor sebagai output pembangunan. Tetapi warga rakyatnya ditengah jalan tersebut ingin di bawa kemana.
Itulah kira-kira, kenapa kita seharus mengurangi masa jabatan presiden dan memilih kalangan tua bukan kalangan muda ke depan. Hal ini juga untuk mengatasi lahirnya diktator-diktator baru, atau Firaun, Namrud, Stalin, Mussolini model baru dijaman ini. Semoga yang muda terus belajar dan meningkatkan kesabarannya dalam memimpin rakyat. Jika kalangan muda marah dengan pendapat saya, artinya mentalitas dan emosionalnya tidak layak menjadi calon prsiden dan wapres masa depan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H