Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden dan Wapres Masa Depan Mestinya Kalangan Tua Minimal 55 Tahun, Masa Jabatan Idealnya Empat Tahun

5 Februari 2021   09:00 Diperbarui: 5 Februari 2021   09:21 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contohsurat.lif.com

Saya memakluminya, karena saya beberapa kali mencoba berbeda cara bermain dalam pemilu, tapi hasilnya nihil, barangkali jika mengikuti cara-cara yang biasa berlaku dalam pemilu kita bisa jadi kita terpilih, meski konsekuensinya kita tidak bisa melakukan perubahan karena kebanyakan hutang dan janji, jadi sudah pasti fokus pada curi uang negara daripada berjuang untuk rakyat.

Lalu bagaimana pula, kita memilih  pasangan presiden? Cari yang tegas dong? Tegas gimana sih? Gak jelas juga pada masyarakat umum. Sesuatu yang salah, asalkan orangnya strong, perintah itu konsisten dianggap tegas, pakai kata siap, siap, rada begitu kelihatannya, he he he...
Bayangkan kalau presiden dan wakil keduanya demikian, bakal berapi istana, belum lagi timsesnya, jadi nerakalah,,,ha ha ha...

Apalagi kalangan orang muda jadi presiden dan wapres, peluang itu sangat terbuka, hancuuur....

Nah,,,,bagaimana formulasi capres dan pasangan dimasa depan? Mending cari aja yang tua-tua agar semangat pamer dan ego kekuasaan lebih terminimalisir, kalau mereka yang sudah tua masih juga sama, artinya bangsa ini tak akan berubah lagi selamanya. Kalau rakyatnya mau maju bubarkan aja negara dan dibuat organisasi negara online dengan rakyatnya. He he he....

Menterinya, pake fit and propertes secara tertulis dan harus menjawab seribu pertanyaan tentang memimpin dalam berbagai perspektif, sehingga wawasan kebangsaannya teruji, jawabannya menjadi komitmen dan sikapnya sebagai janji kepada rakyat dan negara. Daripada masih ada menteri dan p7ejabat tinggi yang mentalitasnya maling, he he he....

Lalu kenapa kalangan tua? Mari kita kaji keuntungan bagi rakyat Indonesia.

Pertama, Tokoh tua itu sudah pasti mampu menekan emosional dan egoismenya. Secara psikologis prilaku mereka lebih lebih terjamin karena mereka hidupnya di dunia merasa sudah singkat. Tentu mereka ingin berbuat baik, mempersiapkan bekal hidup di alam berikutnya.

Kedua, Kalangan tua sudah pasti menghindari penyalahgunaan kewenangan (abuse power) karena mereka kuatir namanya rusak dapat berdampak buruk bagi anak cucunya, sudah pasti mereka lebih matang secara alamiah daripada kalangan muda dalam pertimbangan kehidupan generasinya.

Ketiga, Kalangan tua juga kecil peluang menambah istri simpanan daripada kalangan muda baik di dalam negeri maupun di negara lain. Apalagi akan menambah beban negara. Beban negara bagi seorang istri pejabat tinggi lebih kurang seratus orang teman atau family lain. Jadi kalau pejabat itu punya dua simpanan saja maka sama dengan membantu dua ratus orang teman dan family secara rutin setiap bulannya, ingat ya simpanan, belum lagi mertua, he he he...

Keempat, Dari perspektif kemampuan tentu tidak berbeda tua dan muda, karena memimpin itu tetap saja bakat dan tuntutan dalam ilmu pengetahuan sekaligus wawasan di berbagai bidang terutama politik, negara dan pemerintahan serta demokrasi, karena negara ini saat ini sebagai negara dengan kepemimpinan yang demokratis.

Kelima, Nah, ini jauh lebih penting, kenapa kalangan tua, mereka setidaknya tidak tergiur lagi dengan pilihan sistem yang sangat politis, apakah liberalis, komunis, sosialis dan lain-lain yang menyebabkan tambah runyam yang mempertaruhkan kemandirian bangsa. Mereka pasti lebih waspada dalam intervensi investasi dan kolonialis modern, karena kematangan usianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun